Beri Judul Sendiri

Waktu berlalu terlalu cepat hingga aku tak sadar bahwa kau telah berjalan terlalu jauh. Kita tak pernah lagi bertemu sejak dihari itu. Aku tidak menyangka dan benar-benar tak meduga bahwa momen manis itu adalah terakhir kalinya kita bertemu. Kerinduan memang tak begitu terasa saat ini, hanyalah ketakutan yang kini selalu muncul. Aku takut jika hatiku tidak bisa lagi merindukanmu. Aku takut jika aku tidak lagi jatuh cinta padamu.

Entahlah, aku hanya merasa hampa tanpa segenap rasa yang hanya menghadirkan luka. Aku merasa hampa ketika jantungku tak lagi terpompa dengan begitu cepatnya saat bertemu denganmu. Aku hanya merasa sedikit kacau kala mengingat bagaimana pandanganmu mengunciku dalam keterdiaman. Aku merasa risau kala mengingat setiap tingkahmu yang memaksaku berada dalam ketidakmampuan.

Aku ingin melihatmu sekali lagi. Aku ingin mengatakan segalanya yang tak sempat kukatakan. Aku tidak ingin kembali, sungguh. Aku hanya ingin melepas semua beban yang terasa bergelayut padaku selama ini. Aku ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. Aku ingin memastikan bahwa kau tidak lagi melakukan hal-hal bodoh.

Aku menyayangimu, sungguh. Hingga malam ini aku bahkan telah terang-terangan berkhianat pada diriku sendiri. Menyapamu lewat sebuah pesan singkat yang nyatanya kembali merobohkan dinding hatiku yang dengan susah payah kubangun kembali sepeninggalanmu.

Hanya dengan itu aku bisa memastikan dirimu baik-baik saja, dan aku bisa kembali melangkah pergi tanpa takut akan keadaanmu. Tetaplah baik-baik saja. Aku akan tetap berdoa untukmu...

Pertemuan kemarin.

15/10/2016
Selamat malam untukmu yang siang tadi duduk disebelahku. Kau harus tau betapa bahagianya aku. Semakin tampan, entahlah mungkin karena aku terlalu lama tak pernah melihatmu atau memang nyatanya begitu. Namun dimataku kamu-lah yang paling tampan. Senyummu selalu saja berhasil membuatku kembali jatuh dan aku tidak pernah bosan akan itu. Meski tak ada sepatah kata-pun yang terucap antara kita. Meski hanya mata yang berucap, aku bahagia. Itu sudah cukup karena hadirmu saja sudah mampu mengobati perihnya luka karena merindumu.

Meskipun saling diam, ketahuilah bahwa jauh dalam relung hati rinduku saling berebut untuk dipertemukan dengan sang impian. Mereka sibuk berlalu lalang didalam sana hingga membuat hatiku kembali berdegub tak terkira. Terlebih para serpihan kenangan yang kembali terbangun dibenakku seakan meminta penyelesaian yang sempurna. Mereka menuntutku untuk segera menuntas habiskan kisah rumit ini dan kemudian menguburnya jauh didalam ingatan agar tak ada lagi campur tangan hati padanya.

Kau hanya diam seolah kita tidak pernah mengenal sebelumnya. Seolah-olah kita adalah orang asing yang baru saja dipertemukan. Tak adakah kenangan sedikitpun yang teringat olehmu? Tak ingatkah pada kita yang dulu?

Untuk pertemuan tadi, untuk pertemuan yang tanpa melibatkan kenangan itu. Terimakasih.
Setidaknya rindu ini telah sedikit terkikis dan mengurangi perihnya luka yang terasa pedih mengiris. Semoga jika ada kesempatan lagi yang entah kapan datangnya, kuharap kita bisa kembali dipertemukan. Aku selalu menunggunya, saat dimana kamu ada didalam jarak pandangku. Saat dimana senyummu kembali menghiasi bola mataku. Aku akan selalu menantinya...

Sepucuk Rindu Dari Kekasih yang Tak Sempat Memiliki



Seberkas sinar matahari terasa begitu hangat pagi ini. Kabut tipis dan embun telah pergi bersama mimpi-mimpi indah malam sejak tadi. Langit begitu biru dihiasi beberapa gores awan putih. Ini selalu saja menjadi pemandangan favoritku setelah kamu. Ya! Kamu dengan kacamata berbingkai persegi panjang itu, Kamu dengan senyum yang seperti candu bagiku. Kamu yang masih saja hadir dalam mimpi tidurku hingga saat malam tadi. Sosokmu seolah sudah terpatri dalam dipalung hati hingga aku tak mampu menghapuskannya hingga saat ini.

Sejak hari itu, manik hitamku tak lagi menangkap sosokmu . Hatiku tak lagi berpacu cepat kala senyummu tertuju padaku. Tak ada lagi rasa bosan karena jenuh menunggumu muncul dari dalam kelasmu. Semua berlalu begitu cepat tanpa ada kesempatan untukku agar dapat mengulangnya lagi. Lembaran-lembaran itu indah telah rapi menjadi sebuah buku yang tersimpan rapi tanpa pernah bisa terulang kembali.

Sekarang hanya ada aku, aku bersama jutaan rasa yang tak sempat terungkapkan. Aku yang tak sempat memberitahumu apa alasan dibalik senyumku setiap memandangmu. Aku dengan tetesan air mata kerinduan yang tak sempat kau ketahui. Aku yang masih dalam kurungan penyesalan yang tak kunjung mau membebaskanku untuk pergi mencari sosok yang lain selain dirimu. Aku yang selalu saja ketakutan akan kehilanganmu meskipun pada nyatanya kau sudah benar-benar hilang.

Aku masih termenung disini, sendirian tentunya.

Aku yang masih berharap bahwa apa yang kudengar kemarin hanyalah sebuah mimpi buruk yang hanya dalam tidurku. Tapi nyatanya semua adalah kenyataan. Kenyataan pahit yang memang sudah sewajarnya ku terima dengan hati yang lapang. Kau telah bersamanya dan aku tidak berhak untuk tidak setuju. Selamat untuk itu dan berbahagialah.

Untukmu, bisakah aku mempercayakannya padamu? Bahagiakan dia karena sesungguhnya aku tak mampu membuatnya bahagia. Buatlah dia menjadi lebih baik dan bawalah dia untuk melangkah meninggalkan masa kelamnya. Jadilah seseorang yang selalu disampingnya saat dia membutuhan hangatnya sebuah pelukan. Jangan biarkan dia mengulang masa kelamnya. Buatlah dia tersenyum dan melupakan kesedihannya.

Kau harus tau bahwa aku tak pernah sedikitpun merasa menyesal telah diperkenalkan denganmu oleh Tuhan. Aku tidak pernah marah pada takdir yang telah menjeratku pada kisah seperti ini. Aku juga tak pernah menyesal telah memberikan hati ini untukmu meskipun kau tak pernah menerimanya.

Maka izinkan aku untuk tetap menyimpan rasa ini untukmu. Menjadikannya sebuah lembaran kisah yang bisa kubaca setaip waktu kala merindukanmu. Membuatnya tetap ada agar aku tak lupa. Membuatnya tetap menjadi kisah indah yang membawaku untuk menemukan kisah yang lain. Mengabadikannya jauh didalam hatiku agar aku selalu ingat, ingat akan satu hal..

Aku pernah sangat mencintai namun tak sempat memiliki.

Can You Hear Me?-Chapter 5-




Author : Shafa Jung

Length : Chapter

 Genre : Marriage Life,Sad,Romance,

Rating : PG-15

Main Cast : Oh Sehun-Park Hyejin(oc)

Additional cast : Kim Jongin,Kim Jiyeon (oc),Hwang Daehee (oc),Oh Nara (oc),Tiffany (oc)

Maafkanla jika typo bertebaran ^^


Author pov’s

Hyejin melangkah pergi,sesekali ia menoleh pada pria yang masih berdiri ditempatnya lalu memberika senyuman padanya. Pria yang menyadari bahwa dia tidak akan bisa bertemu lagi setelah ini. Dia bahkan harus kembali ke Korea besok dan menyibukkan diri dengan 5000 karyawannya diKorea lalu mengamati 15000 yang lainnya di China dan Thailand.

Sehun menghela nafasnya pelan setelah Hyejin benar-benar menghilang dari pandangannya. Ia harus segera kembali kedalam mobil dan menemui rekan kerjanya yang mungkin sudah menunggu diruang rapat.
Sehun menyandarkan punggungnya pada kursi mobil mewah itu seraya memegangi dasinya.
“Apa dia mengatakan sesuatu tuan?’sekertaris Jang sedikit ragu tentang pertanyaannya.
Sehun menatap sekertaris Jang cukup lama membuat pria paruh baya itu menunduk menyesali pertanyaannya. Seulas senyuman terukir dibibir mungil Sehun.

“Dia hanya mengatakan bahwa dia merindukanku lalu membenahi dasiku dan pergi,sepertinya gadis itu terburu-buru. Terimakasih”Sehun melontarkan ucapan terimakasihnya pada sekertaris Jang lalu kembali tersenyum diiringi senyuman sekertaris Jang.

Meskipun jauh didalam hatinya masih banyak menyimpan pertanyaan yang sangat ingin dia tanyakan pada Hyejin. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia benar-benar menikah dengan Jongin? Apakah Jongin memperlakukannya dengan baik?

Sehun hanya terdiam memandangi padatnya jalan raya New York dijam-jam seperti ini sambil sesekali memegangi dasinya lagi. Semua terasa seperti mimpi,berlalu begitu saja dan Sehun harus kembali dalam penderitaannya.

***

Hyejin berlari-lari kecil keluar bandara dengan menyeret sebuah koper berukuran sedang. Gadis itu menyebar pandangan kesekitarnya. 15 menit ia berdiri menunggu namun tak ada tanda-tanda kehadiran seseorang yang ia harapkan,hingga kedua kakinya terasa pegal.

“Hhhhhh”Hyejin menghembuskan nafasnya gusar lalu memutuskan untuk duduk disebuah kursi kosong.
Sehun,berapa lama Hyejin menunggu,dia tidak akan datang karena pria itu sudah kembali ke Seoul pagi tadi.
“Hyejin-ah”panggil Anna dari belakang.

“Kenapa sudah disini?”lanjut Anna.

“Aku disini sejak 1 jam yang lalu”ucap Hyejin singkat. Anna kemudian menangkupkan jaket tebal ditubuh Hyejin “Apa kau menunggu Sehun?”Hyejin tersenyum memandangi Anna yang sukses menebaknya.

“Dia sudah berangkat sejak pagi”

Hyejin menghembuskan nafasnya pelan merasakan betapa harapannya hancur begitu saja. Mungkin pertemuannya 3 hari yang lalu adalah yang terakhir bagi mereka sebelum semuanya menjadi lebih sulit.

“Bagaimana eonnie tau?”

“Dia menitipkanku ini untukmu,kumohon jangan menangis saat disini setelah kau tau isinya” Anna menyerahkan sebuah kotak kecil warna marron.

Hyejin sedikit takut untuk membukanya jantungnya kembali berdebar lebih kencang dia takut dia akan menangis ketika melihat benda didalamnya. Hingga kotak itu terbuka sepenuhnya dan sebuah cincin bertengger menyedihkan disana menanti pemiliknya untuk mengakui keberadaannya,cincin pernikahan yang sempat Hyejin tinggalkan didalam kamar Sehun.

“Dia juga masih memakainya,itu berarti kalian belum bercerai”jelas Anna pada Hyejin yang masih menatap nanar benda mungil berwarna emas itu. Kini hati Hyein telah benar-benar hancur seperti tertimpa beban yang sangat berat,seolah dia tak mampu lagi bertahan dipernikahan yang rumit ini.
Seoul…

Wanita berambut putih itu duduk manis diruang tamunya sambil memikirkan masa depan cucu-cucu kesayangannya meskipun kedua cucunya selalu tidak menyukai rencananya.

“Aku pulang”ucap Sehun sesudah membuka pintu. Pria itu membungkuk hormat pada neneknya.

“Duduklah”halmeoni ‘kesayangan’ Sehun itu meletakkan kipas tangannya setelah menyuruh Sehun duduk disampingnya.

“Aku sudah mendengar kabar bahwa kau berhasil menyelesaikan proyek di New York”Sehun mengangguk pelan.

“Tapi aku melihat hal janggal pada jadwalmu besok”lanjutnya.

“Kau mau kembali ke New York?”tanya neneknya dan Sehun mengangguk.

“Hyejin ada disana dan aku harus menemuinya”ucap Sehun dengan yakin.

“Jangan pernah menyebut nama gadis itu didepanku! Dan jangan menemuinya lagi atau semua saham milik ayahmu tidak lagi berarti untuk WongJoon Grup dan meskipun kau ada pekerjaan disana jangan pernah mencuri waktu untuk menemuinya!”

Sehun terperangah mendengarnya,tidak masuk akal jika hanya karena Hyejin neneknya seperti ini.
“Kau tau? Kau nyaris mati dengan cara yang tragis dan mencoreng nama besar WongJoon aku memintamu untuk meneruskan ayahmu bukan hanya kewajiban namun untuk memperbaik namamu sendiri dan nama perusahaan yang sempat jatuh karena penculikan seminggu lalu. Itu semua karena gadis jalang tak tau diri itu!”

Sehun merasakan sesuatu yang menimpa dadanya hingga terasa begitu sesak sekarang. Ia memejamkan mata sebentar untuk mencari sebuah ketenangan namun nihil hatinya semakin kacau kali ini. Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosinya agar tak meluap dan melakukan hal yang tidak diinginkan pada neneknya.

“Baiklah aku tidak akan ke New York”Sehun melangkah gontai tak bertenaga menuju taman belakang karena dia yakin sosok wanita yang akan memberinya ketenangan selalu disana setiap sore.
Sebuah gazebo yang sederhana dengan bahan dasar kayu dengan sebuah kursi santai diatasnya lengkap dengan meja kecil untuk menempatkan teh hangat. Wanita paruh baya itu disana dengan rajutan wolnya. “Kau sudah pulang”ucapnya sambil melirik kearah Sehun sebentar lalu kembali fokus pada sweater coklatnya. Sehun berjalan menghampiri ibunya,ia bersimpuh lemah dihadapan ibunya lalu meletakkan kepalanya dipangkuan sang ibu. Oh eommonie meletakkan rajutannya dan jemarinya beralih mengelus surai hitam legam putranya.
“Ada apa?”

“Apakah aku tidak pernah bisa bersatu dengan Hyejin bu?”tanya Sehun lirih.

“Siapa bilang? Nenek?”

Sehun mengangguk pelan.

“Jika cinta kalian benar-benar tulus maka sebuah keajaiban tuhan akan membawa kalian bersatu sayang,percayalah” Sehun masih terdiam ditempatnya sambil memeluk kedua kaki ibunya.

“Kenapa putra ibu ini lemah sekali? Bagaimana jika tampannya hilang? Bisa bisa Hyejin tidak jatuh cinta lagi,cepatlah mandi dan makan malam”Sehun beranjak dari tempat yang menurutnya paling nyaman itu. Tempat yang bahkan bisa membuat hatinya sangat tenang.

Sehun melangkah pelan meninggalkan gazebo itu,Oh eommonie menatap iba punggung lebar putranya seakan tahu benar seberapa berat beban yang tengah dipikulnya kini.

***

“Tuan Oh Sehun”panggil seorang wanita dengan gaya begitu berkelas yang baru saja memasuki ruang kerja.

“Ne”Sehun melirik wanita itu sekilas lalu kembali pada pekerjaannya sama sekali tak menaruh minat wanita yang kini berdiri didepannya itu.

“Ini sudah saatnya makan siang,mari makan siang bersamaku”

Sehun mendongak menatap wajah wanita itu,dengan artian ‘beraninya dia’

“Halmeoni memintaku mengajakmu makan siang,dia bilang kau jarang makan siang”

Sehun terdiam sebentar dan akhirnya menyetujui tawaran wanita itu.
Mereka makan siang disebuah restoran yang tak jauh dari kantor. Gadis bersurai pirang itu tersenyum cerah sambil memandangi deretan toko yang berada diseberang jalan. Make up minimalisnya terkesan begitu pas dengan wajah percampuran Korea-Amerika nya.

“Apa aku harus memanggilmu tuan,oppa atau-“kata kata wanita itu terpotong oleh Sehun.

“Sehun saja” sahut Sehun meninggalkan senyum kecut dibibir wanita itu.

Sehun hanya diam dan menyantap menu makan siangnya,hingga ia menemukan potongan keju pada menu penutup.

“Aku tidak suka keju jadi kumohon jangan membawa keju kedalam dapur”ucap Hyejin beberapa bulan yang lalu sambil bersembunyi dibawah meja makan ketika Sehun membeli keju dari supermarket. Gadis itu membeci keju tanpa alasan yang jelas.

Sehun tersenyum simpul lalu segera menyingkirkan parutan keju dari puddingnya.
“Kau tidak suka keju Sehun?”tanya wanita itu. Sehun menggeleng “ada seseorang yang membenci keju aku takut dia tau bahwa aku diam-diam makan keju saat dia pergi”

“Siapa?” Manik hitam Sehun memandang tajam wanita dihadapanna itu membuat wanita bersurai pirang itu menunduk takut.

“M-mianhae”ucapnya takut.

“Tak apa,oh ya siapa namamu?”

“Tiffany”jawabnya ramah.

“Aku putri kedua dari pemilik Hyundai departemen store”lanjutnya riang.

Tiffany melanjutkan makannya tanpa menyadari sejak tadi Sehun memperhatikannya lekat-lekat. Lalu Sehun mengalihkan pandangannya pada barisan toko yang berjajar rapi diluar sana. Gadis itu, gadis yang sangat dirindukan Sehun dia berdiri didepan sebuah salon sambil tersenyum cerah memandang Sehun.

“Sehun ayo kembali kekantormu”ajaknya menghamburkan lamunan Sehun juga menghamburkan gadis disana bersama udara dan hilang. Pria itu berjalan santai mendahului Tiffany yang kuwalahan mengikuti langkah lebar Sehun.

Sesampainya didekat mobil sport hitam miliknya Sehun menghentikan langkahnya”Kau mau ikut kekantorku?”tanya Sehun.

“Mobilku ada dikantormu jadi aku harus kesana dulu”

Sehun membukakan pintu mobil untuk Tiffany dan wanita itu masuk.

“Dia bukan Hyejin yang bisa membuka pintu mobil sendiri”gumam Sehun.

***

Sehun merebahkan tubuhnya diranjang big size super mewah dikamarnya. Malam ini dia harus menemani Tiffany pergi jalan-jalan. Sebenarnya jauh dari dalam hatinya selalu menolak ketika ia hendak bertemu dengan Tiffany namun tidak ada pilihan lain dia harus menuruti kata-kata neneknya. Meskipun setiap mereka bersama hati Sehun serasa bergejolak meminta untuk meninggalkan gadis itu sesegera mungkin tapi lagi-lagi hatinya sedang berada dalam sebuah kurungan yang hanya bisa terdiam didalam sana tanpa seorangpun tau
bahwa ia menderita.

Sehun meraih ponsel diatas nakas samping tempat tidurnya setelah mendengar dentingan nada pertanda
pesan masuk.

Tiffany : Sehun kau sudah siap?
Sehun menjatuhkan ponselnya lalu menghembuskan nafasnya gusar.

“Kita mau kemana?”tanya Sehun datar sambil fokus pada kemudinya.

 “Aku ingin membeli baju dibutik Nara eonnie,boleh?”Tiffany menatap Sehun penuh harap.

“Baiklah”

Tak butuh waktu lama untuk kebutik itu hanya dalam hitungan menit mereka sudah sampai.
“Sehun-ah”seorang wanita dengan suara yang sangat familiar ditelinga Sehun menyambutnya hangat. Nara melangkah mendekati Sehun dan Tiffany yang baru saja memasuki butik.

“Kau Tiffany kan?”tebak Nara.

“Ne eonnie”

“Pilihlah yang mana yang kau suka”ucap Sehun lalu melenggang kearah barisan dress yang digantung rapi lengkap dengan banderol yang berisi deretan angka yang mungkin cukup untuk menyewa sebuah hotel bintang 7 satu malam.

“Kau mau membelikannya?”tanya Nara pelan.

“Ya mungkin saja”Sehun masih sibuk memilah beberapa dress.

“Noona yang ini bagus?”tanya Sehun sambil menunjukkan dress warna peach dengan sedikit aksen pita dibagian pinggang.

“Tiffany itu pendek dia tidak pantas dengan model seperti ini”gerutu Nara,adiknya itu sama sekali tidak tau tentang fashion untuk saja postur tubuhnya selalu cocok dengan pakaian apapun jadi dia tidak perlu bersusah payah menata fashion Sehun yang kacau.

“Bukan untuk Tiffany”

Nara menoleh memandangi adiknya yang masih mengamati setiap detail dress ditangannya.

“Hyejin”

Tatapan penasaran yang terpancar dimata Nara kini berubah menjadi sorot mata yang sedih setelah mendengar nama Hyejin.

“Biar aku saja yang mengirimnya”Nara meraih dress itu dari tangan Sehun.

***

Manhattan.

Hyejin menyesap secangkir cappuccino hangatnya yang masih menguarkan aroma memabukkan sambil menikmati pemandangan sore Manhattan yang sangat padat dari lantai 17 apartemennya. Gedung-gedung menjulang tinggi ditengah padatnya Manhattan dengan latar belakang langit senja lengkap dengan semburat jingganya. Hyejin mengalihkan pandangannya pada ponselnya kosong,tak ada pesan apapun.

“Apa yang harus kulakukan jika merindukanmu? Bahkan aku tidak mempunyai apapun tentangmu yang sempat kubawa ke New York. Foto pernikahan? Foto kita?”gumam Hyejin seraya mengangkat tangannya memandangi jari manisnya yang kosong,dia menyimpan cincinnya karena setiap melihat benda itu Hyejin pasti akan menangis.

“Ting Tong”hingga sebuah bel apartemen membuyarkan lamunannya. Sebuah paket dari Seoul,Hyejin mengamati kotak berukuran sedang itu. Jemari lentiknya meraih ponsel dan menelepon seseorang,Anna.

“Anna bisa kau keapartemenku sekarang?”

“Ada apa lagi?”

“Aku menerima sebuah paket,aku takut membukanya”

Tak ada jawaban dari Anna yang 10 menit kemudian dia muncul dari balik pintu apartemennya.
“Darimana?”tanya Anna yang segera merebut kota itu dari tangan Hyejin.

“Diamond Rainbow?”Anna menyeritkan alisnya ketika membaca note kecil yang baru saja dia buka.

“Ah,itu butik Nara unnie”Hyejin kini yakin untuk membukanya. Sebuah dress warna peach dengan note “Sehun” diatasnya.

“Dari Sehun rupanya”kini suara Hyejin terdengar berat dan seperti menahan air mata.

2 tahun kemudian...

Hyejin menapakkan kakinya perlahan diarea Battery Park City tempat favoritnya selama menetap di Manhattan ,New York. Ketika senja datang Hyejin selalu menyempatkan diri untuk berkunjung kemari. Menatap indahnya apartemen impiannya The San Remo,gedung itu benar-benar mempesona kala senja datang. Bangunan neo klasik yang berpadu dengan gotik berhiaskan langit senja Manhattan yang siapapun melihat pemandangan ini pasti akan jatuh cinta dengan pesonanya (kalimat ini dikutip dari ff Ambition kepunyaan Sehun Bee). Gadis itu selalu duduk ditempat yang sama,tempat yang menurutnya cukup nyaman untuk memandangi gedung itu berlama-lama.

Hyejin menghela nafasnya,”kau datang lagi?”tanyanya pada pria bertubuh jangkung yang baru saja duduk disampingnya.

“Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini? Kau membuatku terlihat seperti orang gila” pria itu tersenyum lalu bayangan dirinya perlahan memudar dan hilang terbawa angin. Meninggalkan Hyejin yang masih termangu bersama air matanya,iniah bagian yang paling Hyein suka pria itu selalu datang menemaninya meski hanya sebatas hayalnya. Sehun tidak pernah datang lagi sejak pertemuannya dibandara tapi setidaknya sosok hayalannya itu sedikit mengurangi rindunya pada Sehun.

Hyejin sangat mengerti bahwa pria itu sangatlah sibuk,dan yang dia takutkan jika suatu saat nanti Sehun menemukan wanita yang lebih baik darinya dan membuatnya melupakan Hyejin yang bahkan masih sangat menunggunya disini. Meskipun Hyejin berusaha memastikan bahwa Sehun akan menunggunya,tapi keraguan selalu menghampirinya.

Tak lama kemudian ponselnya berdering. ‘Manajer Anna’

“Kau dimana hah? Kau tidak tau ini jam berapa? Kau ada jadwal pemotretan! Jika kau terus memandangi The San Remomu itu lalu mengabaikan pekerjaanmu kapan kau akan benar-benar bisa membelinya hah? ” Hyejij tersenyum mendengar ocehan menejernya itu,setidaknya ada satu orang yang sangat peduli padanya disini.

***

Pria berjas hitam itu memasuki ruang rapat dan atmosfer tegang begitu terasa disana. Anggota rapat sebenarnya hanyalah sanak saudara Sehun sendiri mengingat WongJoon Group adalah aset besar milik kakeknya. Namun mereka berubah seperti monster ketika rapat pergantian direktur utama. Tatapan tajam seketika ia dapatkan dari para petinggi WongJoon Group. Akankah keturunan ke 3 dari Oh Myun Jo ini akan bisa mempertahankan kedudukan keluarganya yang telah bertahun-tahun bertahan sebagai direktur utama? Yah,setidaknya hanya itu yang mampu Sehun terawang dari fikiran-fikiran mereka. Karena keluarga ayah Sehunlah yang menanamkan saham paling besar setelah kakeknya.

Rapat berlangsung secara tenang dan kondusif,Sehun juga berhasil mempresetasikan gagasannya untuk masa depan WongJoon Group. Pria itu melirik jam ditangannya 16:00. Akhir-akhir ini dia menjadi sangat sibuk,ia semakin jaranang mengunjungi orang tua Hyejin. “Apa kabar?”gumam Sehun lirik seraya memandang iba surat percerainnya diantara berkas-berkas penting lainnya.

Fikirannya kembali mengingat memori menyakitkan 2 tahun lalu dimana Hyejin rela memutus tali pernikahan demi keselamatan Sehun. Meskipun mereka belum benar-benar berakhir karena sampai sekarang surat itu belum diserahakan pada pihak pengadilan.

“Dan dari hasil rapat hari ini kembali saya tegaskan bahwa WongJoon Group akan dipimin oleh Oh Sehun”
Sehun tersenyum lega,diiringi senyuman bangga sang ayah yang duduk disampingnya.

***

Sehun mengaduk-aduk makanannya tanpa sedikitpun menaruh minat untuk memakannya.

“Sehun”panggil halmeoni.

“Iya nek?”

“Sepertinya hubunganmu dengan Tiffany semakin dekat,kau tidak berfikir untuk bertunangan?”

Sehun meletakkan sendok dan garpunya cukup keras hingga menimbulkan bunyi yang memecah keheningan sarapan pagi hari ini.

“Cukup nek,aku ini bukan robotmu jangan mengatur kehidupanku. Aku punya hidup sendiri aku sudah besar”Sehun kemudian pergi meninggalkan ruang makan tanpa memperdulikan sang ayah yang menatapnya geram. Sehun mematung didekat jendela kamarnya sambil sesekali memijat pelipisnya yang terasa begitu pening.

Tiba-tiba ponselnya berdering,’Tiffany’ Sehun membuang nafasnya gusar.
.
“Sehun-ah bisakah kau menemaniku ke Brooklyn 2 hari lagi?”

Sehun teridam ‘Brooklyn? New York? Manhattan? Bukankah jarak Brooklyn dan Manhatan hanyalah dua buah jembatan yang terbentang diatas sungai east?’

“Sehun kau masih disana?”

“Ah ya,aku kan mengsongkan jadwal untuk dua hari lagi”

“Kau tidak bertanya untuk apa aku kesana?”tanya Tiffany yang bingung kenapa Sehun langsung menyetujui permintaannya.

“Untuk apa memang?”Sehun berusaha mengontrol nada suaranya agar tidak terdengar terlalu gembira saat ini.

“Menghadiri pernikahan temanku”

“Oh baiklah”

brooklyn-bridge-new-york-city-amerika-serikat
***

Sehun mengikuti langkah Tiffany yang begitu riang didekat bangunan super megah jembatan Brooklyn yang tidak terlalu padat mengingat jam-jam seperti ini adalah waktu dimana kantor-kantor tengah dalam kesibukkannya masing-masing. Angin bertiup lembut menerpa tubuh mungil Tiffany yang membuat surai pirangnya berlarian riang. Jembatan Brooklyn adalah salah satu
jembatan suspensi tertua di Amerika Serikat. Selesai dibangun tahun 1883, jembatan ini menghubungkan borough

Manhattan dan Brooklyn di New York City melintasi Sungai East . Dengan rentangan utama sepanjang 486.3 m, jembatan ini adalah jembatan suspensi terpanjang di dunia sejak pembukaannya hingga 1903, serta jembatan suspensi kabel baja pertama.

Awalnya diberi nama Jembatan New York dan Brooklyn, jembatan ini diberi sebutan Jembatan Brooklyn dalam surat untuk editor Brooklyn Daily Eagle tanggal 25 Januari 1867, dan dinamai begitu oleh pemerintah kota pada 1915. Sejak pembukaannya, jembatan ini telah menjadi bagian utama dari kaki langit New York. Jembatan Brooklyn ditetapkan sebagai National Historic Landmark pada tahun 1964 dan National Historic Civil Engineering Landmark pada tahun 1972.
Mengapa Sehun memilih tempat ini? Karena ia akan leluasa menatap gadisnya yang bearada diseberang sungai East,Manhattan.

Tiffany masih menyibukkan dirinya dengan kameranya untuk memotret setiap objek bidikan yang menurutnya menarik. Sehun memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana biru tuanya sambil terus menatap Manhattan yang diepnuhi dengan gedung-gedung tinggi dihadapannya,sedang sangat menunggu sosok yang sangat dirindukannya. Ponsel didalam saku Sehun berdering dan pria itu hanya diam karena ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tak butuh waktu lama setelah dering ponsel itu bungkam sebuah taksi menepi ditepi sungai East dan turunlah seorang gadis bersurai coklat yang terurai dengan dress pemberian Sehun beberapa waktu lalu. Hyejin,gadis itu menatap layar ponselnya sejenak kemudian menempelkan benda pipih itu ditelinganya,sesekali gadis itu mengamati mobil mobil yang melintas dihadapannya. Hingga sebuah pesan masuk,

Sekertaris Jang
‘Dia ada diBrooklyn nyonya’Hyejin mengerutkan keningnya seusai membaca pesan dari sekertaris Jang.

‘Siapa?’ Pertanyaan yang pertama kali mucul dibenakknya.

Hyejin berbalik menatap kota seberang,Brooklyn. Manik indahnya tepat menangkap sosok bekemeja putih yang tengah menatapnya penuh kegudahan. Jauh,terlampau jauh jarak mereka saat ini. Surai coklat Hyejin menari diwajah cantiknya,seseorang yang selalu hadir dimimpinya itu kini tepat berada didepannya,lebih jelasnya jauh didepannya. Jangankan memeluk,bahkan sekedar menyapa tak akan terdengar. Mungkin hanya gemuruh angin yang akan menyampaikan semua kegundahan keduanya.

Sehun terus menatap gadis itu tanpa melewatkan setiap detiknya untuk berpaling. Betapa rindunya dia seakan akan dia ingin melewati sungai east dengan kakinya dan sampai diseberang lalu memeluk gadis yang mungkin kedinginan dengan pakaian seperti itu atau berlari lewat jembatn Brooklyn namun itu berarti menghancurkan karir ayahnya yang telah dirintis puluhan tahun.Hancur,pria itu benar-benar hancur diatas takdir pedih yang harus dilaluinya. Gadis itu gadis yang kini tengah tersedu disana bahkan masih sah sebagai istrinya namun Sehun hanya bisa menatapnya iba dengan jarak sejauh ini sangat mustahil baginya untuk berada disamping Hyejin. Angin sian ini terasa makin gemuruh,seolah marah dengan situasi menyedihkan ini. (Sehun ada di Brooklyn dan Hyejin di Manhattan yah dan Brookly sama Manhatan itu kepisah sama sungai East,ini kalo ada yang masih bingung dengan tempatnya lihat gambar aja)

Hyejin menitihkan air matanya menjatuhkan perasaan itu disana,membuang semua perasaan yang selama ini mengusiknya,rindu. Bukankah Sehun adalah pria yang kejam? Dia menemuinya dengan cara seperti ini,cara yang sangat kejam. Luka yang masih menganga didalam hatinya kini kembali terasa amat pedih. Gadis itu kini pagar pembatas agar tubuhnya tidak limbung karena angin siang ini yang terus saja berhembus terasa lebih kuat bagi tubuh lemah Hyejin.

“Oh Sehun”untuk pertama kalinya Hyejin membuka mulutnya yang tak sedikitpun terdengar ditelinga Sehun.
Mata sembab Hyejin terus menatap manik tajam Sehun yang mencoba menyampaikan sesuatu padanya.

“Lelaki tadi menyuruhku untuk mengantar anda pulang nona”ucap seorang supir taksi yang mengantar Hyejin kemari tadi. Dengan amat berat Hyejin masuk kedalam taksi tanpa menoleh sekali lagi pada pria yang masih menatapnya itu.

“Sehun-ah”
Sehun menoleh pada gadis yang baru saja berdiri disampingnya itu. Gadis yang jauh berbeda dengan gadisnya.

To be continued..

UNSAID LOVE! (ONESHOOT)

unsaid love
Unsaid Love!

Author : Jung Shafa | Length : Oneshoot | Cast : Jung Sena – Oh Sehun | Rating – General | Genre : School life – Sad – Hurt

Disclaimer : Fanfic ini adalah murni buatan saya dan maaf jika alurnya berantak ataupun feel yang enggak ngena sama sekali karena pada dasarnya faNfic ini ku tulis hanya untuk mengenang yang telah hilang apasih kok jadi ngawur gini, yuk ah langsung aja.

Jung Sena’s note.

Dia adalah Oh Sehun, lahir dari keluarga berada dan bahagia namun sejak 3 tahun yang lalu takdir merubah jalan hidupnya. Ketika sang ayah ‘jatuh cinta’ pada seorang gadis seusia kakaknya lalu ibunya juga tak mau kalah. Semua berubah setelah itu. Oh Sehun menjadi anak broken home. Dia sangat jarang pergi kesekolah, melakukan beberapa hal negatif dan yang lainnya. Aku mendengarnya dari bibinya yang notabene adalah teman bibiku, dia adalah mantan kekasih anak bibiku atau apalah itu aku tidak terlalu peduli dengannya. Ya aku tak peduli dengannya dulu dan sekarang semua berubah. Aku tau banyak tentang dia dan dia bahkan tidak tau bahwa aku adalah saudara Heera -anak bibiku- padahal dia dulu sering sekali datang kerumah Heera dan aku juga tak jarang ada disana. Hei! Aku belum mengenalkan diriku sendiri kan? Hampir saja lupa, Aku Jung Sena 17 tahun. Aku naik ketingkat 3 SMA tahun ini. Jangan lupakan hal penting yang harus kalian ingat, aku siswi kelas unggulan disekolah dan aku anak baik-baik, sangt baik karena aku tergolong jarang melanggar tata tertib sekolah -jika tidak tergoda oleh teman yang lain- hehehe…

Kembali pada Oh Sehun, aku beberapa kali pernah berpapasan disekolah ketika tengah berjalan bersama Yihwa-sahabatku- Sehun senang sekali menggoda Yihwa karena Yihwa adalah mantan kekasih sahabatnya. Sehun selalu tersenyum sampai-sampai mata sipitnya itu hampir hilang ketika berpapasan dengan Yihwa. Saat ditingkat dua kelas kami berhadapan dan tak jarang aku jatuh pada pesonanya itu namun lagi-lagi aku merasa tidak menaruh minat padanya, karena aku lebih berminat pada siswa cool yang terlihat cerdas yeah seperti teman sekelasku contohnya.

Lalu aku baru menyadari bahwa ia tak mengenaliku ketika laki-laki itu mengirimiku sebuah pesan. Aku masih ingat betul bagaimana pesan itu. Dia bertanya dimana sekolahku? rumahku? tingkat kelasku? hei dia bodoh atau apa sih? Ya dia sangat bodoh, tidak diakhir cerita aku akan menyadari bahwa akulah yang bodoh.

Kami dekat begitu saja seperti mimpi karena mungkin sangat sebentar. Sehun itu konyol dan sangat menyebalkan, itu yang dikatakan Yihwa dan teman-teman sekelasnya. Tapi bagiku dia sangat manja dan menggemaskan hehe. Dia memintaku untuk menciumnya sebelum tidur -sekedar lewat chat- oh god itu sangat menggelikan bukan. Tapi aku selalu bahagia ketika dia menggunakan kata sayang diakhir kalimat usai merengek meminta sesuatu padaku dichat dan aku selalu mengirim chatnya pada dua sahabatku -Yihwa dan Nayoung- mereka selalu sabar menghadapi aku yang super aktraktif ketika menerima pesan dari Sehun. Beruntungnya aku punya mereka, jika tidak mungkin hatiku akan meledak karena selalu menahan rasa bahagia ini sendirian.

Semua tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Ya, semua jauh dari alur yang seharusnya. Ini dimulai ketika Sehun terus saja merengek memintaku untuk berkencan atau sekedar datang kerumahnya. Hell, kerumahnya? bukankah dirumahnya hanya ada dia? ayahnya bersama ibu barunya dan kakaknya tinggal ditempat yang dekat dengan kampusnya lalu ibunya? dia pergi…

Aku tidak mungkin untuk meminta ijin pada ibu. Ibu tahu benar tentang Sehun dan latar belakang hidupnya. Ibuku, aku telah merasakan aura ketidaksukaan ketika aku mengatakan bahwa aku sedang dekat dengan Sehun. Jika aku meminta ijin untuk pergi bersama Sehun maka pastilah aku tidak akan diijinkan keluar dengan alasan apapun setelahnya.

Mungkin lebih baik jika aku memintanya datang kerumahku saja, bukankah lebih aman? ya kufikir seperti itu sebelum semuanya…. Sebelum ibuku menolak permintaanku itu. Aku bahkan memohon pada ibu tapi ibuku tetap pada pendiriannya. Aku sudah terlanjur berjanji pada Sehun kala itu. Mencoba menghubungi Nayoung adalah cara yang tepat saat itu, akhirnya setelah bercerita panjang lebar dengan Nayoung, gadis itu memutuskan untuk menyuruhku berbohong pada Sehun. Nayoung menyuruhku untuk mengatakan pada Sehun bahwa aku tidur dirumah Nayoung malam ini. Dan aku mengatakannya lalu Sehun kecewa…
Ini memang harus diakhiri karena ibuku benar benar melarangnya. Sehun, maafkan aku..

Sejak itu Sehun semakin jarang mengirim pesan padaku. Oh ya dia tentu saja kecewa padaku, apa lagi?
Nayoung terus berusaha menghiburku dan itu sedikit membantu. Tapi tidak sejak hari itu,tepatnya Kamis. Saat itu aku memutuskan untuk pulang bersama Yihwa. Ketika aku tengah sibuk mengedarkan pandanganku diantara ratusan siswa yang berkerumun seolah ingin cepat pulang kerumah. Yihwa tertawa cukup keras dan itu membuatku menoleh padanya. Oh tidak! Dia tengah tertawa bersama Sehun, Laki-laki berkacamata dengan sweater yang menutupi baju seragamnya itu berdiri membelakangiku. Aku ingin berlari saat itu tapi kakiku benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama. Sampai akhirnya dia berbalik arah dan aku mendongak menatapnya, -tinggiku hanya sebahunya.-

Sehun tersenyum sangat lebar saat itu hingga mata sipitnya benar-benar hilang dan mungkin itu adalah saat yang tepat untuk bersembunyi.

Laki-laki itu menadaratkan tangannya dipuncak kepalaku dan mengelusnya pelan. Shit! mimpi apa aku tadi malam, yeah aku hanya bisa memikirkannya saat itu.
Hun disini banyak sekali orang dan kau melakukannya. Jangan membuatku banyak berharap. Aku sukses meloncat kegirangan didalam kamar sendirian setelahnya.

Belum selesai euforiaku Kamis siang itu, dan malamnya dia kembali mengejutkanku. Sehun datang kerumah Hee ra dan naasnya aku sedang berada disana. Tidak aku tidak boleh menemuinya, aku sedang sangat jelek sekarang. Semuanya berlalu dan aku menceritakan perdetailnya pada Nayoung lalu seperti biasa Nayoung sangat antusias menyaksikan kegilaanku.

Jum’at menjadi hari yang paling buruk! Baru saja aku berbahagia karena Sehun dan saat itu aku harus menangis karenanya juga.

Ketika teman sekelasku menceritakan hal yang membuatku seolah jatuh tertelan bumi. ‘Sehun,kemarin datang ke ulang tahun temanku dengan perempuan, Bahkan Sehun menggandengnya’ kata-kata itu sampai saat ini masih terasa sangat menyakitkan bagiku. Apa lagi ketika teman sekelasku mengirimkan padaku foto Sehun yang tertawa bahagia disamping perempuan itu. Jika itu adalah kemarin maka dia sangat jahat! Untuk apa Sehun mengusap puncak kepalaku lalu tiba-tiba datang kerumah Heera untuk menemuiku dan pada akhirnya dia pergi ke pesta ulang tahun bersama perempuan lain?

Perempuan itu adalah siswi SMA sebelah. Kata temanku yang satu sekolah dengannya Aku bahkan jauh lebih cantik dari dia. Tidak, lalu kenapa Sehun memilihnya?

Aku sangat kacau beberapa hari itu, Yihwa dan Nayoung mencoba menghiburku mereka selalu berhasil membuatku merasa senang tapi ketika malam tiba lalu lampu kamarku telah padam aku selalu saja menangis sendirian. Itu terjadi hingga saat ini, meskipun sekarang lebih jarang. Rasa pedih itu bahkan masih terasa sekarang ketika aku memutar lagu yang sama setiap malam. Rasanya baru kemarin dia melakukannya.
Aku segera sadar bahwa akulah yang salah. Ya! Dia kecewa padaku.

Namun sejak hari itu, Sehun seperti selalu saja muncul setiap aku keluar kelas. Seolah tidak akan membiarkanku melupakannya. Dia ada dilapangan bermain-main dengan teman-temannya lalu ketika beberapa temannya menyadari kehadiranku mereka semua bersorak riuh, oh norak sekali.-tapi aku sangat senang-

Dia selalu muncul dan aku selalu mencarinya. Seperti hari itu ketika aku menaiki tangga dengan gusar bersama Nayoung, dia tiba-tiba lewat lalu memanggil namaku. Oh betapa bahagianya ketika mendengarnya memanggil namaku. Seperti aku yang selalu menggumamkan namanya sampai saat ini. Menggumamkan namanya ketika aku merasa bahagia,sedih atau putus asa. Ketika aku tak sengaja melihatnya melepas kaos olahraganya dan melihat badannya yang kurus itu. Lalu ketika dia rela duduk sebentar didepan kelasnya usai ganti baju seragam hanya untuk menungguku lewat disana. Hun! Jangan bersikap seperti itu!

Mungkin aku selalu kelewat bahagia ketika Sehun melakukannya untunglah Nayoung sudah sangat terbiasa dengan sikapku. Ketika melambaikan tangan padaku sambil tersenyum lebar, ketika aku berdiri dibalkon dan dia dibawah sana lalu aku berlari masuk kelas karena malu, ketika dia selalu memanggil namaku saat kita berpapasan.

Dan ketika hari tes telah tiba dan aku dalam mood yang sangat buruk, saat itu aku duduk santai didepan perpustakaan bersama Yihwa dan Sehun lewat bersama temannya. Dia memanggilku ‘sayang’ dan moodku naik berpuluh puluh persen saat itu,jangan lupa juga untuk memberitahu hal ini pada Nayoung juga hehhe.

Aku masih ingat hari Senin itu, ketika Nayoung mengajakku untuk bolos pelajaran biologi dan kami berdua duduk santai didekat taman sekolah. Mungkin uks adalah pilihan yang tepat mengingat Nayoung sedang sakit saat itu. Baru saja aku akan beranjak dan lihat siapa yang tengah berjalan kearahku sekarang? Sehun, dia tersnmyum seperti biasanya dan rambutnya terlihat lebih rapi dari biasanya.

Dia tak mengucapkan apapun saat itu hanya saja dia berdiri telalu dekat denganku lalu sebuah cubitan ringan dilenganku menyadarkanku dari lamunan yang mungkin terlalu jauh saat itu. Sehun tersenyum ketika aku memekik sakit. Oh Tuhan bisakah aku tetap merasakan sakit ini dilenganku agar aku bisa ingat saat-saat seperti ini, gilakan aku? Tapi kurasa Sehun lebih gila.

Dia gila, ya aku tidak tahu apa yang ada diotaknya sampai saat ini. Dia bersikap seolah memberiku harapan tapi nyatanya dia tidak benar-benar memberinya
Dia selalu bersikap manis kala kita bertemu namun tak ada tanda-tanda hubungan kita akan membaik. Dia tak pernah mengirim pesan padaku yeah! karena akunnya sudah ku blokir. Setelah melalui perundingan panjang dengan Nayoung maupun Yihwa akhirnya aku memutuskan untuk meng’add’ akunnya lagi. Dengan berbagai konsekuensi, mungkin bisa saja Sehun memasang foto profil bersama kekasih barunya? Tapi peduli apa aku? Dimana harga dirimu Sena? lupakan tentang itu setidaknya aku harus tau apa saja yang dia lakukan lewat akunnya itu dengan begitu aku akan bahagia. Meskipun nyatanya kita tidak pernah lagi berhubungan. Biarlah, aku sudah bahagia seperti ini.

Mata sipitnya itu yang kadang-kadang dilapisi kacamata persegi panjang berbingkai hitam. Hidung mancungnya, Kulitnya yamg putih dan rambutnya yang semakin panjang dan berantakan itu aku tidak bisa menahan manik mataku untuk tidak mencarinya. Aku tidak bisa berhenti tersenyum kala melihatnya dengan apapun yang sedang dilakukannya. Ketika dia tiduran dikursi depan kelasnya sambil bermain game diponselnya. Ketika dia tertawa bebas bersama teman-temannya. Ketika dia bermain basket dengan timnya. Hingga aku memutuskan untuk tetap mempertahankan rasaku ini sampai saat ini.

Ketika hari kelulusan tiba..

Aku menangis semalaman saat itu dan itu membuatku harus mengoleskan banyak-banyak concealer dibawah mataku sebelum berangkat ke farewell party. Aku tidak ingin berpisah dengannya. Aku masih ingin menatapnya kapanpun aku mau. Aku ingin melihat senyumnya juga mendengarnya memanggil namaku. Lalu apa yang aku lakukan besok? apakah aku harus mengatakan bahwa aku menyesal kala itu? apakah aku harus menceritakan semuanya? apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya lalu memintanya kembali? apa aku harus mengatakan bahwa aku berbohong ketika aku membatalkan undanganku untuk datang kerumah kala itu?

Dan pesta berakhir…
Aku masih ingat betul. Sehun berada disamping gedung dan aku berdiri didekat jendela sambil menggenggam erat-erat jari-jari tanganku. Kalimat yang kubaca beberapa hari yang lalu kembali terngiang. ‘buatlah kenangan manis dengannya meskipun untuk terakhir kalinya’ aku menggeleng kuat-kuat.
Lalu jika hanya berfoto saja apa salahnya?

Saat itu mulutku hampir saja memanggil namanya. Bodoh! Aku tidak seberani itu.
Yihwa! Ya dia pasti bisa menolongku saat ini. Sedikit ragu sebenarnya meminta tolong pada Yihwa, bukan karena meragukannnya tapi aku meragukan diriku sendiri. Takut jika tiba-tiba aku jatuh pingsan karena jantungku berdetak terlalu cepat.

Jemariku benar-benar sedingin es kala itu. Sehun melepas jasnya lalu meletakkannya dilengan kirinya dan menyisakan kemeja putihnya lalu berdiri disampingku. Dia menoleh padaku sebentar lalu berkata ‘oh kau ya?’ aku sempat melirik sebentar kelengan kirinya, tidak ada ruang untuk tanganku. Ah untuk apa bergandengan, berdiri sedekat ini saja mau pingsan rasanya.

Dan ‘cekrek’ heol! aku berhasil melakukannya.

Nayoung harus tau tentang ini, dia tidak boleh ketinggalan.

Lalu semua berakhir, aku? aku tidak jadi mengatakan apa yang sebenarnya. Aku juga tidak jadi mengungkapkan perasaanku. Aku tidak jadi jujur padanya. Dan semuanya akan terpedam dalam didalam hatiku. Yeah, semuanya akan menjadi perasaan yang tidak sempat terungkapkan. Perasaan yang kutangisi kala aku merindukannya. Perasaan yang membuatku terus saja menggumamkan namanya dan aku merasa lelah dengan ini.

Sampai kapan aku harus seperti ini? Aku lelah, Sehun tidak pernah lagi terlihat dalam jarak pandangku seusai farewell party 3 bulan lalu. Aku sangat merindukannya, aku ingin melihatnya lagi.
Dan kalian harus tahu bahwa perpisahan yang paling terasa menyakitkan adalah perpisahan yang tidak sempat diucapkam dan dijelaskan. Kau akan merasa seolah hatimu benar-benar penuh sesak dan ingin sekali berlari kerumahnya untuk memeluknya meskipun sebentar. Oh ya, tentu saja tidak mungkin. Lalu pada akhirnya aku lah yang terjebak dalam cinta yang tidak terungkapkan. Terus saja memikirkannya setiap hari.
Sehun-a bisahkah kau pergi dari fikiranku? Aku ingin melupakanmu. Hatiku sudah sangat lelah menahan semua perasaan ini karena ini akan percuma, bahkan jika kau kembali ayah dan ibuku tidak akan pernah mengijinkannya…

Aku harus melupakanmu hun!

Kau sungguh sangat jahat, kau menyakitiku lagi dan lagi.
Tapi dengan bodohnya aku memikirkanmu lagi dan lagi.
Hatiku terasa kau tarik ulur selama ini.
Selalu bersedih, dan mengapa aku lagi?
Terkadang saat hujan, datang mengguyur dengan lebatnya
Seseorang yang kembali aku pikirkan adalah kau.
Kerinduan hati terdalam tidak pernah bisa berhenti.
Menangisimu setiap malam seperti orang bodoh
Aku mungkin satu-satunya yang merasa sakit.
Seseorang yang kembali aku pikirkan saat hujan
Seseorang yang semakin aku rindukan saat hujan
adalah dirimu…
Apa yang harus aku lakukan, sehingga kau kembali?
Seiring dengan berjalannya waktu selama itu aku menahan luka
Aku telah bertindak begitu bodoh
Bertemu denganmu tanpa cinta bukanlah masalah besar tapi
ketika aku meletakkan tangan kananku di dada
Aku merasa sangat menyesal karena tahu bekas luka yang nyata
Aku hanya bisa membiarkanmu pergi dalam kesepian tanpa mencoba memahami rasa sakit yang kurasakan.
(remake from ‘When it rains- Melodyday ft. Ravi VIXX)

selesai!!! heheee aku ga tau dapet dari mana insprasinya tapi yang jelas aku lagi pengen nulis yang bentuknya kaya catatannya seseorang gini dan nemu lah ide Jung Sena yang kebanyakan ngarep dan Oh Sehun yang kebanyakan harapan ini kkkk. Sebenernya siapa yang salah disini? Sena atau Sehun? Suka atau tidak tetap tinggalkan jejak ya love you ^^

Can You Hear Me? (Chapter 4)


Author : Shafa Jung

Length : Chapter

Genre : Marriage Life,Sad,Romance,

Rating : PG-15

Main Cast : Oh Sehun-Park Hyejin(oc)
 
Additional cast : Kim Jongin,Kim Jiyeon (oc),Hwang Daehee (oc),Oh Nara (oc),Tiffany (oc)
 

Author pov’s

Sehun duduk disofa ruang tamu sambil menggerak-gerakkan kakinya. Sebentar lagi dia harus menghadiri acara makan malam tapi Hyejin entah kemana. Berulang kali ia menelpon gadis itu tapi nihil.
My Lovely Wife

“Kau dimana?”
“Cepat pulang”
“Kita harus pergi makan malam bersama ayah ibuku”
“Heyyyy”
“Miss Korea!!”
“Oh Hyejin”

Tak ada balasan.

Akhirnya Sehun memutuskan untuk pergi mencarinya. Baru saja ia akan membuka pintu rumahnya,

“Klek” pintu rumah terbuka dari luar.
Sehun menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Aishh kau membuatku hampir gila karena menunggumu pulang dan tiba-tiba kau pulang sudah secantik ini”rutuk Sehun kesal.

Dengan balutan long dress lengan 3/4 berwarna merah maroon.
Hyejin tersenyum malu mendengar ucapan Sehun.

“Ayo berangkat,kita tidak boleh terlambat.”
Sehun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

“Kau kesalon sendirian?”

“Mm”jawab Hyejin diiringi anggukan pelan.

“Naik bus?”

“Tentu saja tidak dengan gaun serepot ini, aku naik taksi”

“Apa kau senang jika aku memujimu cantik?”
Hyejin menggeleng cepat.

“Karena kata cantik selalu kudengar hampir setiap menghadiri beberapa talkshow ataupun orang-orang yang terpesona padaku,itu terlalu biasa Oh Sehun”

Sehun membuang nafasnya begitu saja,mati-matian dia berusaha mengungkapkan kata-kata itu dan respon dari Hyejin terlalu menyedihkan.
Seperti makan malam sebelumnya,semua terkesan menegangkan bagi Hyejin. Keluarga ini terlalu kaku dan menakutkan. ‘Oh ayolah Hyejin kau telah menjadi bagian dari mereka’ Hyejin menghela nafasnya seraya memandangi Sehun yang tengah berbincang dengan ayahnya.

‘Kenapa aku harus mengikuti setiap alur permainanmu Oh Sehun?’

“Hyejin-ah kapan kau akan memberiku seorang cucu?”pertanyaan dari wanita paruh baya yang menyandang status sebagai ibu mertua Hyejin itu sontak menghentikan apapun aktivitas diatas meja makan.

“Yak! Eomma ini bagaimana? Hyejin masih 21 tahun,Sehun juga bahkan baru menjalani sidang kelulusan kenapa terburu-buru sekali minta cucu?”ucap Nara diiringi senyum yang mengembang dibibir Hyejin. Malam ini Hyejin berhutang hal besar pada Nara.

Pukul 10 lewat dan acara makan malam baru saja selesai.

“Sehun-ah apa kita tidak bisa tidur dirumah orang tuamu saja?”pertanyaan Hyejin seperti menyiratkan
keraguannya untuk pulang,sejak tadi perasaan Hyejin benar-benar kacau entah apa penyebabnya.

“Mwo? Kau mau membuatkan cucu untuk ibuku?”

“Lupakan! Dasar mesum!”decak Hyejin kesal lalu masuk kemobilnya.
500 meter dari rumah orang tuanya,Sehun merasakan ada hal aneh. Mobil hitam dibelakangnya sepertinya sejak tadi menguntitnya.

“Sehun-ah ada apa?”
Sehun menggeleng pelan,1 menit 2 menit dan “BRAK!” akhirnya mobil hitam tadi menabrak mobil Sehun hingga nyaris terbalik.

“Aaaaa”teriak Hyejin panik ,gadis itu menutup kedua matanya takut.
Cukup lama dia terdiam dengan segudang pertanyaan dihatinya.

‘Kenapa Sehun diam saja?’

‘Kenapa Sehun tidak menyuruhnya keluar dari mobil?’

‘Kenapa Sehun tak memeluknya?’
Akhirnya Hyejin memberanikan diri untuk membuka matanya dan betapa terkejutnya dia ketika melihat kursi kemudi telah kosong,ia mengalihkan pandangannya pada kap mobil yang penuh kepulan asap.

“Apakah mobil ini akan meledak?” Hyejin segera keluar dari mobil itu,jangankan untuk berlari menjauh
bahkan untuk keluar dari mobil saja kakinya seperti tak bertulang.

“DUARR!”bagian kap mobil itu benar benar meledak sekarang.

“Sehun-ah….”tangis Hyejin pelan.

“Oh Sehun kau dimana?”keadaan Hyejin kali ini benar-benar kacau,dia berjongkok ditrotoar jalan yang cukup sepi tak ada seorangpun yang menolongnya.

Hyejin mencoba untuk menghubungi sekertaris Jang namun sesaat kemudian diurungkan niatnya.

“Tidak,tidak ada yang boleh tau!”rasa takut itu kembali hadir menyelinap ke hatinya. Jika ada yang tahu bahwa Sehun hilang dan itu karenanya maka dia mungkin akan benar-benar jauh dari Sehun.
Sekuat tenaga Hyejin mencoba melangkah. Berusaha mencari pria yang amat dicintanya itu sendiri.

“Sehun-ah!”panggilnya keras-keras.

“Oh Sehun!”

“Kembalilah” Hyejin kembali roboh saat itu,kemana dia harus mencari pria itu? Air matanya telah jatuh sejak tadi.Hatinya benar-benar sakit sekarang,seperti tertancap anak panah bertubi-tubi.

“Hyejin-ah”panggil seseorang yang berdiri dihadapannya.
Gadis itu perlahan mendongakkan kepalanya sambil terus berharap dialah Sehun. Harapan itu pupus seketika ,Park Chanyeol kekasih Oh Nara.

“Oppa? Kenapa kau bisa disini?”tanya Hyeji dengan suara paraunya.

“Jadi benar kau Hyejin?”Chanyeol membantu Hyejin berdiri.

“Apa itu mobil Sehun?”tanya Chanyeol sambil menunjuk mobil yang penuh kepulan asap itu. Hyejin mengangguk lemah.

“Lalu dimana Sehun?”

“Dia menghilang”

Hyejin tertunduk lesu “dia tidak ada oppa,dia menghilang”tangisnya.

“Apa ini semua karena Jongin?”

Hyejin terperangah mendengarnya.

“Mobil yang tadi menabrak mobilmu adalah mobil Jongin”
Hyejin kembali roboh.

“Apa kau baik-baik saja?”

Hyejin masih diam dengan tatapan kosong.

“Oppa bisakah kau menyembunyikan kejadian ini dari keluarga Sehun?”
Chanyeol mengerutkan keningnya.

“Jika Sehun dilukai Jongin itu berarti dia terluka karena aku,aku tidak ingin dijauhkan dari Sehun aku sangat mencintainya oppa” hening,Chanyeol bahkan tidak tau apa yang harus dia lakukan saat ini.

“Apa kau ingin melihat Sehun terluka?”
Hyejin menggeleng pelan.

“Cinta adalah ketika kita bisa membiarkan orang yang kita cintai hidup dengan baik dengan atau tanpa kita”

***

Sejak 2 hari kejadian itu polisi dan para bodyguard terus mencari keberadaan Sehun. Hyejin berulang kali menarik nafasnya dan membuangnya perlahan. Lalu gadis itu melangkah menuju tempat yang telah dijanjikan oleh Jongin,

“Kau datang nona”Jongin tersenyum penuh kemenangan. Pria itu menyedorkan selembar kertas.

‘Surat perceraian’

“Boleh kau tanda tangani sekarang?”
Hyejin hanya menatap nanar kertas itu karena hanya dengan itu Sehun akan dibebaskan maka tidak ada pilihan lain. Jongin benar-benar kejam kali ini.

“Baiklah”
Hyejin berusaha keras untuk membendung air matanya.

“Setelah ini cepatlah kebandara dan aku akan menyusulmu,kita akan menikah dan hidup bahagia diparis”ucap Jongin diiringi tawa penuh kemenangan.

“Kau jahat Jongin”
Pria itu merangkul pundak Hyejin dan meninggalkan kafe.

“Man! Lepaskan dia!”teriak Jongin pada beberapa pria bertubuh kekar yang tengah menahan Sehun agar tidak melarikan diri.
Hyejin memandangi Sehun iba,kulit putihnya penuh dengan luka luka dan memar. Kemeja putihnya telah begitu lusuh. Ada beberapa luka diwajahnya yang masih memerah. Hatinya serasa tercabik-cabik melihat Sehun yang ceria itu kini menjadi kacau seperti itu. Manik elang Sehun terlihat sangat lelah ketika menatap Hyejin,sangat jelas bahwa ia ingin mengatakkan banyak hal yang tidak bisa dimengerti Hyejin lewat tatapan itu hingga pandangan Hyejin mulai kabur saat air mata mulai memenuhi matanya. Ia benar-benar ingin memeluk Sehun saat ini tapi saat ini juga hal itu adalah hal yang sangat mustahil.

“Sehun-ah mianhae”sebulir air mata akhirnya jatuh membasahi pipi tirusnya. Lalu Jongin membimbingnya untuk masuk kedalam mobil.
Mereka tiba dirumah keluarga besar Oh “kau cukup mengatakan pada mereka bahwa kau tidak mencintai Sehun dan menyerahkan surat itu”
Gadis itu melangkah gontai memasuki pintu gerbang yang begitu kokoh itu.

“Hyejin-ah”panggil Nara ,gadis itu segera berlari mendekati Hyejin.
Hyejin mencoba fokus menatap Nara namun pandangannya kabur hingga akhirnya dia limbung dan kehilangan keseimbangan,beruntung Chanyeol segera menangkapnya.

“Hyejin-ah apa kau sakit?”tanya Nara khawatir. Hyejin menggeleng pelan.

“Aku ingin menemui halmeoni,eommonim dan abeonim”

“Ya,mereka diruang tamu”
Seberat apapun kaki Hyejin melangkah,ia harus tetap kuat untuk Sehun. Sesakit apapun hatinya kini,ini semua untuk satu pria yang dicintainya Oh Sehun. Hyejin bahkan telah memikirkan keputusan ini matang-matang sebelumnya. Semua resiko telah siap dihadapinya,tak ada keraguan lagi dan tekadnya sudah bulat karena ini jalan satu-satunya untuk membebaskan Sehun.
Hyejin meletakkan perlahan surat perceraiannya.

“Kau gadis kurang ajar!”abeonim nyaris memukul Hyejin.

“Appa! Biarkan dia bicara!”cegah Nara.

“Katakan apa maumu Hyejin! Sehun tengah menghilang dan kau malah menceraikannya!”kini Nara menjadi Nara yang berbeda dari biasanya. Nada bicaranya seperti tak rela jika adiknya diperlakukan seenaknya oleh Hyejin.

“Sehun mungkin sedang dalam perjalanan pulang,jika dia sampai nanti tolong sampaikan suratku ini juga tolong minta dia menandatangani surat perceraian ini” Hyejin menyerahkan secarik surat tulisan tangannya. Seluruh tubuhnya kini bagai seonggok daging yang tak bertulang,kakinya bahkan tak mempunyai tenaga lagi untuk menyangga berat badannya yang tak seberapa itu. Jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat kali ini. Logika dan emosinya saling beradu didalam otaknya membuat gadis itu sedikit merasa limbung,beruntung Chanyeol segera menahan tubuh Hyejin agar tidak roboh.

“Dari mana kau tau dia akan pulang?” Hyejin menarik nafas panjang.

“Setelah aku membubuhkan tanda tangan ini maka dia telah dibebaskan karena hanya lah ini cara satu-satunya untuk membiarkn Sehun hidup dengan baik dan aman,dia tidak bisa terus hidup bersamaku”

“Eonnie”Hyejin memandangi Nara penuh harap.

“Ne?”

“Kau benar,setelah menikah dengannya dalam hitungan hari aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tolong sampaikan pada Sehun bahwa aku sangat mencintainya”manik mata indah itu telah meruntuhkan pertahanannya,sebulir air mata lolos begitu saja.

“Ne”lidah Nara kelu tak mampu mengatakan pesan-pesannya pada Hyejin.

“Halmeoni,eommonim,abonim aku pergi” Hyejin cukup lama membungkukkan tubuhnya sebagai rasa hormat dan permintaan maaf yang mendalam darinya.
Hyejin melangkah meninggalkan ruang tamu,sejurus setelah ia keluar dari rumah itu Sehun memasuki pekarangan rumahnya. Hyejin berusaha untuk tidak memeluk pria itu. Karena tidak ada lagi kata yang ingin diucapkan Hyejin,semuanya telah ditulisnya dalam surat. Hyejin terus melangkah melewati Sehun yang masih membatu ditempatnya. Saat-saat terakhir mereka berlalu bagaikan buaian angin,hanya tersisa kenangan-kenangan manis yang sempat terbesit dibenak masing-masing ketika sempat saling menatap beberapa saat yang lalu.

***

“Sehun-ah,apa kau baik-baik saja? Akhirnyaaa kita berpisah juga ya kekeke ^^ bagaimana rencana kedepanmu? Aku ingin bersenang-senang menikmati masa lajangku. Mungkin setelah Jongin membawaku ke Paris aku akan menderita,entahlah tapi akan kupastikan aku baik-baik saja dan jangan mengkhawatirkanku ya. Sebenarnya aku ingin pergi ke New York bekerja keras hingga aku bisa tinggal di The Sun Remo:) tinggal diapartemen mewah bukankah sangat menyenangkan? Mungkin aku akan merindukanmu,merindukan pelukan hangatmu saat tidur. Merindukan usapan tangangmu diujung kepalaku. Merindukan suaramu,kurasa itu akan sulit bagiku tapi aku pasti akan terbiasa tanpa kehadiranmu. Apa kau ingat dimana aku bangun pagi pertama kali disampingmu? Saat itulah aku mulai menyadari bahwa aku mulai menyukaimu. Bahkan aku berulang kali menepis rasa bahagiaku setiap pagi ketika melihatmu tertidur lelap disampingku. Aku berusaha untuk tidak mengkhawatirkanmu ketika kau pulang terlambat atau terlalu larut saat mempersiapkan skripsimu. Hingga akhirnya aku menyerah karena usahaku sia-sia,aku dikalahkan oleh rasa cinta ini,Aku mencintaimu Oh Sehun, hiduplah dengan baik.
Dari aku runner up Miss Korea yang akan selalu merindukanmu”

Sehun meremas surat itu kuat-kuat. Gadis itu benar-benar pergi disaat rasa cinta mereka saling menggebu. Sekujur tubuh Sehun terasa makin sakit saat ini hingga semua tulang Sehun seakan telah patah. Sehun mengacak-acak rambutnya dan menjatuhkan diri kelantai kamar yang dingin,menenggelamkan wajah memarnya pada kedua lututnya.

“Apa kau masih bisa mempercayai Hyejin?”tanya seorang wanita dengan lembut sambil mengusap bahu Sehun. Sehun mengangkat kepalanya lalu menoleh pada wanita yang menatapnya penuh kasih itu.

“Eomma”panggil Sehun pelan.

“Percayalah pada hal yang ingin kau percayai,jika menurutmu Hyejin bukanlah wanita jahat maka percayailah” benar! Ibunya benar-benar tau apa yang Sehun rasakan saat ini. Bahkan Sehun dapat mengetahui bahwa hatinya tengah bergelut tentang perangai Hyejin saat ini. Jauh didalam hatinya meyakini bahwa ini semua bukan kemauan Hyejin,namun ada hal lain yang mengusik Sehun untuk segera melupakkan Hyejin yang telah membuatnya hampir mati ditangan Kai.

Sehun lalu memeluk ibunya erat,mencari energi yang bisa membuatnya kembali baik-baik saja. Dan benar saja,Sehun merasa lebih baik sekarang meskipun tidak sepenuhnya karena hatinya merasakan sakit yang luar biasa kini.

***

3:00pm waktu New York,pesawat yang ditumpangi Sehun mendarat dengan selamat dibandara internasional John f Kennedy. Bersama staffnya,pria berjas hitam itu melangkah keluar dari bandara. Suhu udara begitu dingin sore ini,sepertinya musim salju akan segera tiba.

“Berapa lama perjalanan dari sini?”tanya Sehun pada sekertaris Jang.

“20 menit tuan dan meeting dimulai 1 jam lagi,kita masih punya waktu istirahat”

“Langsung kesana saja,ada banyak hal yang harus kita siapkan” Sehun masuk kedalam mobil ketika seorang staff membukakan pintunya. Ini adalah kali pertamanya bagi Sehun untuk menyelesaikan masalah bisnis keluarganya. Meskipun keadaannya belum pulih seperti sediakala namun Sehun terlihat lebih baik daripada 1 minggu yang lalu.

Sekertaris Jang masih memasukkan beberapa berkas dan sebuah koper kedalam bagasi. Sebuah mobil berhenti tepat dibelakangnya,”Eonnie!”teriak seorang wanita,pria paruh baya itu menoleh karena merasa mereka menggunakan bahasa Korea. Wanita berambut coklat yang terlihat sibuk dengan ponselnya sedangkan wanita berwajah Amerika itu mengeluarkan koper dari bagasi.

“Hyejin-ah kau yakin berangkat sendiri?”
Sekertaris Jang sedikit terhenyak ketika wanita berambut pirang itu memanggil nama yang begitu familiar ditelinganya.

“Aku bukan anak kecil Anna,aku akan kembali 3 hari lagi dengan keadaan baik-baik saja”
Hyejin,Park Hyejin. Setelah yakin bahwa wanita itu adalah mantan istri tuannya Sekertaris Jang segera menghampiri Sehun didalam mobil.

“Tuan”wajah sekertaris Jang begitu bahagia kali ini,tidak seperti biasanya yang selalu serius dan datar.

“Ada apa?”

“Nona Hyejin” sekertaris Jang menunjuk gadis yang tengah melambaikan tangannya pada sebuah mobil yang baru saja melesat meninggalkan bandara. Sehun sontak keluar dari dalam mobil dan mengejar langkah anggun gadis yang amat dirindukannya itu.Keadaan bandara sore ini cukup padat membuat Sehun sedikit kesulitan mencari sosok Hyejin.
‘Aku bahkan akan menemukanmu dimanapun itu karena cinta kita sudah ditakdirkan bersatu’ Oh Sehun

Hyejin pov’s

Aku melangkah memasui bandara karena 25 menit lagi pesawat ke Swedia akan segera lepas landas. Aku akan menghadiri acara pernikahan temanku,juara Miss Korea tahun ini yang memang sangat dekat denganku. Dilamar seorang pengusaha sukses asal Swedia,semoga dia bahagia.
Mataku menatap layar berukuran besar yang terletak didinding bandara yang berisi informasi kedatangan penumpang dari bandara Incheon,saat aku berusaha mencari nama Oh Sehun tiba-tiba ‘Bruk’ seseorang menabrakku,sepertinya dia terburu-buru.

“Oh Hyejin!”siapa yang memanggilku? Kenapa suaranya sangat kukenal? Kenapa dia memanggilku Oh Hyejin?
Aku mencoba menyebar pandanganku,begitu ramai hingga aku sulit menemukan orang itu. Yah atau mungkin aku hanya berhalusinansi saja. Kulanjutkan langkahku dan ‘grep’ seseorang menggenggam tanganku dari belakang. Aku terkesiap,’siapa? Beraninya dia?’batinku saat berbalik arah mencoba mengetahui siapa orang itu.

Pria berjas hitam dengan rambut yang disisir begitu rapi,buliran keringat menetes dari pelipisnya bisa kudengar engahan nafasnya yang seperti kelelahan. Luka disudut bibirnya yang seminggu lalu masih begitu merah kini telah lebih baik,lebam diwajahnya juga sudah pudar.

“Aku merindukanmu”dia menyatakkannya begitu saja dan berhasil membuat seonggok beban yang masih tertahan dihatiku runtuh begitu saja menyisakan perasaan tenang yang amat sangat.

“Aku juga”ucapku pelan,dia memelukku dan air mataku lolos begitu saja. Rasanya sangat membahagiakan bisa berada dipeluknya lagi seperti tak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan jika berada dipelukkannya. Kehangatan yang selalu kurindukan,dia sekarang memberikan itu.

“Maaf aku harus pergi Sehun”sangat berat menjauh dari pelukkannya.

“Lalu kapan kita bisa bertemu lagi?”sunggguh aku tersenyum mendengarnya,kita akan bertemu lagi ya! Kita akan melepas rindu lagi.

“3 hari lagi aku kembali,maaf aku harus pergi” Hyejin sedikit membenahi tatanan dasi Sehun yang sedikit berantakkan.

Author pov’s

Hyejin melangkah pergi,sesekali ia menoleh pada pria yang masih berdiri ditempatnya lalu memberikan senyuman padanya. Pria yang menyadari bahwa dia tidak akan bisa bertemu lagi setelah ini. Dia bahkan harus kembali ke Korea besok dan menyibukkan diri dengan 5000 karyawannya diKorea lalu mengamati 15000 yang lainnya di China dan Thailand.

Sehun menghela nafasnya pelan setelah Hyejin benar-benar menghilang dari pandangannya. Ia harus segera kembali kedalam mobil dan menemui rekan kerjanya yang mungkin sudah menunggu diruang rapat.
Sehun menyandarkan punggungnya pada kursi mobil mewah itu seraya memegangi dasinya.

“Apa dia mengatakan sesuatu tuan?’sekertaris Jang sedikit ragu tentang pertanyaannya.
Sehun menatap sekertaris Jang cukup lama membuat pria paruh baya itu menunduk menyesali pertanyaannya. Seulas senyuman terukir dibibir mungil Sehun.

“Dia hanya mengatakan bahwa dia merindukanku lalu membenahi dasiku dan pergi,sepertinya gadis itu terburu-buru. Terimakasih”Sehun melontarkan ucapan terimakasihnya pada sekertaris Jang lalu kembali tersenyum diiringi senyuman sekertaris Jang.
Meskipun jauh didalam hatinya masih banyak menyimpan pertanyaan yang sangat ingin dia tanyakan pada Hyejin. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia benar-benar menikah dengan Jongin? Apakah Jongin memperlakukannya dengan baik?

Sehun hanya terdiam memandangi padatnya jalan raya New York dijam-jam seperti ini sambil sesekali memegangi dasinya lagi.

To be continue…

Can You Hear Me ? (Chapter 3)





Author : Shafa Jung

Length : Chapter

Genre : Marriage Life,Sad,Romance,

Rating : PG-15

Main Cast : Oh Sehun-Park Hyejin(oc)

Additional cast : Kim Jongin,Kim Jiyeon (oc),Hwang Daehee (oc),Oh Nara (oc),Tiffany (oc)


Author pov’s

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tetapi Sehun belum pulang juga. Ponselnya juga tak bisa dihubungi dia sudah berusaha menghubungi Nara namun Nara tak tahu keberadaan adik satu-satunya itu. Satu hal yang ditakutkan Hyejin adalah jika Jongin bertindak nekat lagi malam ini.
“Hyejin-ah!”teriak seseorang dari ruang tamu membuat Hyejin segera keluar dari kamarnya. Sampai ditangga langkah Hyejin terhenti ketika mendapati Sehun yang tergolek lemah disofa ruang tamu.
‘Dia mabuk’Hyejin berbalik arah hendak kembali kekamarnya.

“Hyejin-ah”Hyejin menoleh pada pria yang terus saja memanggil namanya.

“Aku ambilkan selimut dulu”ucap Hyejin. Tak lama kemudian Hyejin muncul dari kamar Sehun dengan sebuah selimut ia lalu menutupi tubuh Sehun dengan selimut,bau alkohol begitu menyengat dari pria itu.

“tidurlah,aku tidak akan kuat untuk memapahmu kekamar”Hyejin kemudian berbalik hendak menuju dapur untuk mengambil air minum.

“Hyejin-ah”Hyejin menghembuskan nafasnya kesal,Sehun terus saja memanggil namanya sejak tadi.

“Ada apa?”Hyejin duduk disamping kepala Sehun.

“Jangan pergi”

“Aku hanya kedapur Sehun”

“Jangan pergi meskipun kontrak kita berakhir,tetaplah bersamaku. Aku mencintaimu”

Hyejin terperangah medengarnya,kini jantungnya berdetak tak beraturan nafasnya memburu dan fikirannya sudah tak sejalan lagi dengan kemauannya.

“Hyejin-ah”kini panggilan itu sedikit melemah,pria itu hampir tertidur. Dengan sedikit ragu jemari Hyejin diletakkannya pada surai hitam Sehun lalu mengelusnya pelan. Membiarkan Sehun terlelap didalam tidurnya.

“Tidurlah,aku akan disini”ucap Hyejin lembut. Wajah Sehun begitu polos ketika tidur,mata elangnya itu bersembunyi dibalik kelopak putih susu,garis alisnya begitu tajam begitu pas dengan hidungnya yang melengkung sempurna. Hyejin tersenyum ketika matanya menatap bibir mungil Sehun,itu tidak sepenuhnya menyebalkan bahkan sekarang itu sangat imut terlebih ketika Sehun sedang tidak dalam mood yang baik maka bibir mungil itu akan terlihat sangat lucu,fikir Hyejin.

***

Pagi sudah datang dan Hyejin tetap pada kehidupan konyolnya. Hyejin terbangun dan segera menyiapkan sarapan. Sehun masih terlelap pada tidur nyenyaknya diruang tamu. Sup yang penuh dengan sayuran akan membuat Sehun lebih baik mengingat dia pasti sudah minum alkohol banyak semalam. Hyejin segera memindahkan sup dari panci kedalam mangkuk besar,gadis itu berbalik hendak menaruh mangkuk supnya kemeja makan.

“Astaga!”hampir saja mangkuk Hyejin terjatuh karena terkejut mendapati Sehun yang telah duduk manis sambil memakan sepotong roti tawar dimeja makan.

“Apa kau masih mabuk?”tanya Hyejin sedikit takut. Sehun menggeleng dengan mulutnya yang penuh dengan roti tawar.

“Apa yang kau ingat apa yang kau katakan semalam?” lagi-lagi Sehun menggeleng kali ini Hyejin tersenyum lega meilihat gelengan kepala Sehun jadi dia tidak perlu bersikap canggung hari ini,toh dia hanya harus berpura-pura tidak tau bahwa Sehun mencintainya,itu saja.

“Memangnya aku bicara apa?”tanya Sehun membuyarkan lamunan Hyejin.

“T-tidak,tidak berkata apapun selain terus memanggil namaku dan itu sangat mengganggu”ucap Hyejin sambil mengambilkan sup kedalam mangkuk kecil untuk Sehun.

“Kau minum dengan siapa tadi malam?”

“Teman-temanku,aku sudah lama tidak minum karena ibuku melarangnya”Sehun memasukkan sendok yang penuh dengan kuah sup kemulutnya.

“Apa hanya ibumu yang melarang?” Sehun mengangguk meninggalkan fikiran ‘tidak mungkin’ diotak Hyejin,Sehun ini putra kesayangan jadi pastilah semua melarangnya melakukan hal negatif.

“Ayah,Noona dan terutama Nenekku,mereka akan sepakat menarik semua fasilitasku selama satu bulan”
Hyejin melongo mendengar pernyataan Sehun baru saja,semakin menguatkan bahwa Sehun benar-benar sangat disayang.

“Apa itu pernah terjadi?”

“dua bulan sebelum aku mengajakmu makan malam”

Hyejin mendengus kesal,dia bahkan sedang berusaha melupakkan kejadian makan malam yang menjerumuskannya pada pernikahan konyol ini. Makan malam yang membuatnya harus bangun pagi setiap hari dan memasak sarapan pagi untuk Sehun. Makan malam yang membawa hatinya untuk jatuh cinta pada pria yang tengah lahap memakan semangkuk sup buatanya dihadapannya.

“maka dari itu nenek menyuruhku menikah,mungkin setelah menikah aku akan berubah”Hyejin mengangguk mengerti mendengar pernyataan Sehun.

“lalu kenapa kau tidak menikah dengan pilihan keluargamu? mungkin keluargamu akan memilihkan istri yang tepat”
Sehun beranjak dari duduknya setelah meneguk segelas susu putih,dia berdiri disamping tempat duduk Hyejin lalu sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan Hyejin. Membuat jantung Hyejin berdebar begitu cepat untuk kesekian kalinya.
“Lalu bagaimana jika pilihan yang tepat itu adalah kau?”
‘blush’ pipi Hyejin benar-benar merona sekarang,lagi-lagi Sehun membuatnya kehilangan konsentrasi. Sehun lalu berjalan keluar dari dapur tanpa sedikitpun merasa bersalah pada Hyejin, karena dia memang tidak salah.

"Aaa" teriak Hyejin dari dapur. Sehun segera berlari kearah dapur,memastikan keadaan Hyejin.

"Ada apa?"
Pria itu mendapati Hyejin tengah mengaliri jari telunjuknya diwastafel.

"Hanya terkena pisau,sudah tidak apa-apa"Hyejin tersenyum sambil mengeringkan telunjuknya dengan handuk,menyembunyikan rasa perih disana. Sehun kemudian melenggang kembali keruang tv "Cih,pria itu apa dia benar-benar tak punya hati"umpat Hyejin kesal.

"Hyejin-ah kemari!"teriak Sehun dari ruang tv.

"Apa lagi?"Hyejin menghampiri Sehun dengan perasaan kesal.

"Duduklah"Sehun berjalan kearah lemari obat dan kembali dengan satu kotak kecil. Sehun kembali lali memposisikan duduk mereka hingga keduanya saling berhadapan.

"Apa kau tau hal lain yang paling kubenci selain menunggu?"tanya Sehun sambil membersihkan luka Hyejin.

"Aku tidak ingin tau" jawab Hyejin singkat. Pria itu mensejajarkan wajahnya dengan Hyejin hingga membuat Hyejin kikuk membuang pandangannya kesegala arah. Sehun tersenyum simpul penuh pesona,sesaat kemudian dia membalutkan plester pada telunjuk Hyejin.

"Aku benci melihat gadis yang kucintai terluka"ucapnya sambil mengembalikan kotak tadi ketempatnya meninggalkan Hyejin yang merasakan puluhan kupu-kupu beterbangan diperutnya. Buru-buru Hyejin pergi kekamarnya dan menutup pintu rapat-rapat,Hyejin sangat tidak ingin Sehun melihat wajahnya yang kini semerah tomat.

"Apa tadi adalah ungkapan cintanya?"Hyejin memegangi kedua pipi tirusnya yang terasa panas.

"Eottokhae!!" tanpa disadari teriakkannya terlalu keras hingga membuat Sehun terkikik geli dibalik pintu.

"Ya Hyejin-ah,telur dadarmu hangus!"
Sontak gadis yang masih dalam persembunyiaannya itu keluar begitu saja tanpa mengetahui bahwa Sehun tengah tepat didepan pintu kamarnya.

'Bruk'Hyejin terjatuh dipelukan Sehun.

"Apa kau terlalu gugup hingga kau lupa bahkan kau tidak memasak telur pagi ini?"ucap Sehun pelan namun membuat Hyejin serasa ingin mati sekarang.

***

Hari sudah senja,Hyejin masih termangu dihalte bus. Beberapa bus sudah berlalu dan tak ada sedikitpun niat Hyejin untuk pulang. Fikirannya melayang entah kemana. Hanya kata-kata Jong in beberapa saat yang lalu yang bisa dia ingat.

"Selamat atas pernikahanmu nona,tapi perlu kau tau bahwa suamimu itu sudah lama dekat dengan adikku dan adikku juga sudah lama menginginkannya ingat juga bahwa aku ini mencintaimu dan aku tak akan membiarkan pernikahan kalian baik baik saja"

"Kau jahat Jongin"ucap Hyejin tegas,tak ada rasa takut pada pria yang nyaris menculiknya kemarin itu.

"Kau lebih jahat"

Hyejin terduduk lemah ditempat duduk halte. Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia mengadu pada Sehun. Tapi bukankah dia senang jika pernikahan mereka akan berakhir? Bukahkah Hyejin tak pernah menginginkan pernikahan ini?
"Aku pulang"ucap Hyejin pelan setelah membuka pintu rumahnya.

"Kenapa baru pulang? Apa kau naik bus? Kenapa tidak menghubungiku? Kata Daehee kau sudah pulang sejak tadi"
Tak ada sedikitpun keinginan dihati Hyejin untuk menjawab pertanyaan pertanyaan itu. Dia melangkah menuju kamarnya lalu beberapa saat kemudian keluar.

"Bisakah malam ini kau tidur dikamar tamu? Aku ingin tidur sendiri,toh orang tua kita tidak akan tahu jika kita tidak sekamar bukan?" Tanpa menunggu jawaban dari Sehun yang masih berdiri didepan kamarnya itu Hyejin sudah menutup rapat pintu kamarnya.

***

Sejak hari dimana Jongin mengancam Hyejin,gadis itu lebih banyak murung. Dipagi hari ia bangun memasak untuk Sehun lalu berangkat kuliah dengan bus. Pulang ketika senja datang memasak untuk makan malam lalu kembali kekamarnya dan terjaga hampir sepanjang malam.

"Hyejin-ah"panggil Sehun ketika Hyejin tengah melangkah melewati ruang tv.

"Hm"

"Kemari sebentar"

Hyejin duduk disebelah Sehun.
"Kau ini kenapa? Kenapa berubah sekali?"
Hyejin hanya menghela nafasnya.

"Bisa kita bicarakan ini sepulang kuliah saja?"tak ada kata-kata apapun selain itu dan Hyejin berangkat kuliah. Meskipun Hyejin selalu ketakutan ketika jauh dari Sehun,dia begitu mengkhawatirkan Sehun jika sewaktu-waktu terjadi hal buruk pada pria itu

***

"Selamat pagi nyonya Oh,apa kalian masih baik baik saja?"tanya Jong in sambil mengelus pipi Hyejin lembut.

"Yak jangan ganggu sahabatku!"protes Daehee tak terima dengan perlakuan Jongin.

"Tinggalkan suamimu itu dan kita akan hidup bahagia"bisiknya pelan agar tak terdengar oleh Daehee. Yah,meskipun Daehee telah jauh lebih mengetahui rencana selanjutnya.

Hari ini Hyejin lebih memilih untuk pulang lebih awal. Emosi hatinya benar-benar tak tertahankan. Gadis itu menangis sejadi jadinya didalam kamar. Ia tahu benar bahwa pelan-pelan ia telah jatuh hati pada pria yang telah satu bulan tinggal satu atap dengannya itu. Rasa takut bahkan selalu menyelimuti hatinya,takut jika Jongin benar-benar melakukan hal yang tidak diinginkannya kepada Sehun. Takut jika keluarga Sehun akan menyuruh Sehun pergi meninggalkannya jika tahu bahwa bersamanya Sehun tidak akan aman.
Pintu rumah terbuka,menimbulkan suara yang memecah keheningan rumah.

"Aku pulang"ucap Sehun lalu melirik arloji seharga 12 juta ditangannya. Masih pukul 4 dan Hyejin pasti belum pulang.
Satu jam ,dua jam,tiga jam. Tak ada tanda tanda kehadiran istrinya. Rasa khawatir menyelinap didadanya namun segera ditepisnya. Perempuan itu akan baik-baik saja dia adalah runner up Miss Korea,yah setidaknya Hyejin selalu menekankan itu disetiap keahliannya.
Sehun memilih untuk mematikan televisinya dan melenggang menuju tempat tidurnya.

Berulang kali ia mencoba memejamkan matanya namun tetap tak bisa. Pria itu meraih ponselnya.

"To : My Lovely Wife
Kau dimana?"

Sedikit menggelikan membaca nama kontak itu,namun memang Sehun sengaja mengubahnya sejak seminggu yang lalu. Dia benar-benar jatuh cinta...
"Sehun-ah"suara lemah itu terdengar sayup dari balik pintu kamarnya. Pria itu bergegas membukakan pintu dan sungguh betapa hancur Sehun ketika melihat keadaan Hyejin dengan mata sembab dan penampilan yang berantakan. Ingin sekali rasanya memeluk gadisnya ini tapi bagaimana lagi,ia takut Hyejin menolak mentah mentah perlakuannya. Sehun masih terdiam berfikir apa yang harus ia lakukan kini.

Tiba-tiba pria itu dikejutkan dengan pelukan Hyejin,gadis itu menangis.
"Hyejin-ah" Sehun membalas pelukan itu.

"Masuklah dulu" Sehun membimbing langkah Hyejin kesebuah sofa yang ada didalam kamarnya.

"Kim Jongin,apa kau mengenalnya?"
Sehun mengangguk "Dia kakaknya Jiyeon teman dekatku namun beberapa minggu ini Jiyeon tak pernah menghubungiku lagi."

"Seharusnya kau tak menyetujui pernikahan ini"
Sehun terperangah mendengar ucapan itu. Baru saja ia merasakan hal-hal bahagia,seperti melihat Hyejin setiap hari dan makan masakkannya. Tapi dia malah mengatakan hal seperti itu.

"Jiyeon mencintaimu! Dia hancur mendengar pernikahan kita dan kakaknya memang sejak dulu mengejarku"

"Lalu?"Sehun memberanikan diri menggenggam tangan Hyejin.

"Jongin akan segera menghancurkan kita,dia bahkan mengatakan hal itu padaku setiap kita bertemu dikampus"
Sehun menghela nafasnya,berusaha mengendalikan emosi yang bergejolak dihatinya.

"Dan kau tau siapa yang menculikku saat hari pernikahan kita?"
"Jongin"
Hyejin melepaskan genggamann tangan Sehun,Hyejin tak ingin Sehun tau bahwa suhu tangannya perlahan mulai turun karena gugup.

"Semua akan baik-baik saja,kali ini kau bisa percaya padaku kan?" Hyejin mengangguk pelan.
"Pergilah tidur,ini sudah malam"

"Bisakah kau menemaniku?"
Sehun kembali terkejut dengan permintaan Hyejin. Sehun lalu mengikuti langkah Hyejin kekamarnya dan meninggalkan kamar Sehun.

"Sehun-ah"Hyejin memiringkan badannya kearah Sehun yang telah memejamkan mata.

"Hm"

"Apa semua akan baik-baik saja?" Sehun memiringkan badannya lalu mendekap gadis itu,mengelus pelan surai coklat tua itu.

"Tentu,percaya padaku" Sehun mengecup singkat puncak kepala Hyejin memastikan bahwa tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan gadis itu.
Setidaknya pelukan itu bisa membuat Hyejin jauh lebih tenang. Dia bisa tidur nyenyak malam ini.

 ***

"Selamat pagi nyonya Oh,bagaimana tidurmu?"sapa Sehun saat duduk diruang makan. Tak ada jawaban dari gadis yang tengah sibuk memasak itu.

"Sarapanmu belum siap"ucapnya beberapa saat kemudian dengan wajah sedikit muram,Sehun tidak biasanya akan duduk dimeja makan sepagi ini.

Sehun memandangi gadis yang tengah sibuk memasak didapur yang tak jauh dari tempat duduknya sekarang. Andaikan saja dia bisa memberinya kecupan manis setiap pagi,memeluknya sebelum berangkat kuliah pasti sangat membahagiakan. Hanya saja Sehun tak punya keberanian yang cukup untuk itu.

***

"Kim Jongin!"panggil pria bertubuh jangkung dari kejauhan. Jongin menoleh "Hay brat apa kabarmu? Kau sudah mendapatkan malam pertamamu?"tanya Jongin santai.

"Berhenti menganggu istriku!"Sehun masih berusaha mengontrol emosinya.

"Kau tau betapa menderitanya adikku sekarang? Dia bahkan tidak makan dengan teratur,tidak pernah tidur dan kau penyebabnya!"

"Aku? Apakah aku pernah mengatakan padanya bahwa aku mencintainya? Apakah aku berjanji padanya bahwa aku akan menikahinya? Aku bahkan hanya menganggapnya teman dekat!"kali ini Sehun lebih menaikkan nada suaranya.

"Lalu? Kau bisa menikah seenaknya dengan gadis yang aku cintai?"
Sehun tersenyum kecut "Dia bahkan tak menyukaimu sedikitpun"
Sehun melenggang pergi meninggalkan kampus istrinya itu sebelum dia benar-benar menghajar pria bernama Jongin itu.

Hyejin,gadis itu terduduk lemah dikafetaria kampus. Wajahnya pucat dan itu membuat Daehee khawatir. Khawatir jika Hyejin sakit sebelum dia membuatnya jauh lebih sakit dari ini.
"Hyejin-ah"
"Park Hyejin!"
"Yak Oh Hyejin!!"
"Oh?"Hyejin tersadar dari lamunannya.
"Kau ini kenapa? Kenapa diam seperti itu? Apa yang sudah kau lihat huh?"
Hyejin menarik nafas panjang.
"Sehun"
"Ha? Sehun?"
Hyejin mengangguk pelan.
"Dia tadi datang dan memarahi Jongin dan aku takut semuanya akan makin buruk"ucap Hyejin lemah.
"Apa Sehun memberti tahumu bahwa dia akan kesini tadi?"

Hyejin menggeleng sebagai responnya.
"Apa Sehun melihatmu?" Hyejin menggeleng lagi.

"Sebentar lagi kalian akan segera lulus dan pindahlah keluar negri agar pria hitam itu tak menganggu kalian!" Daehee mengecilkan volumenya ada sedikit perubahan mimik wajahnya dan Hyejin tak menyadari itu.

***

 Usai makan malam Hyejin melangkah kekamarnya. Sebenarnya sejak tadi ia ingin menanyakan apa maksud Sehun mendatangi Jongin tadi siang namun lagi-lagi perasaan takut kembali menghampirinya. Langkah Hyejin terhenti ketika merasa seseorang mengikutinya. Gadis itu berbalik dan seketika nafasnya tecekat,pria dihadapannya benar-benar tampan meski hanya dengan balutan kaos putih polos yang membalut tubuh putih susunya.

"K-kau kenapa mengikutiku hah?"
"Untuk tidur?"
"Siapa yang menyuruhmu tidur dikamarku hah?"nada suara Hyejin mungkin telah naik satu oktaf karena mendengar pernyataan Sehun. Pria itu tersenyum simpul lalu melenggang kekamarnya sendiri. Hyejin menggigit bibir bawahnya ia merasa bersalah telah menolak 'suaminya' untuk tidur dikamarnya. Bukankah Hyejin tak seharusnya melakukan itu?
Jam dinding terus saja berputar hingga menunjukkan tepat pukul 12 malam. Hyejin masih terjaga, beberapa kali dia mengubah posisi tidurnya. Ia kemudian menghela nafasnya kasar.

"Apa aku harus kekamarnya?"gumamnya pelan. Tak lama kemudian gadis itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar Sehun. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,yeah dia memang tak pernah mengunci pintu kamarnya karena Sehun selalu berharap gadis itu akan menghampirinya ketika malam telah larut dan mengadu padanya jika tak bisa tidur.

"Sehun-ah"panggil Hyejin pelan.

"Hm"pria itu memejamkan matanya berpura-pura telah tertidur.

Tanpa memberi respon lagi Hyejin naik ke ranjang dan tidur membelakangi Sehun. Sehun membuka matanya sejurus kemudian dia tersenyum,harapannya menjadi kenyataan. Pria itu memberanikan diri untuk menepis jarak antara keduanya.

"Sehun-ah"Hyejin terperangah saat tangan kekar itu melingkar dipinggangnya. Untunglah dia membelakangi Sehun,jika tidak dia tak tau lagi bagaimana menyembunyikan wajahnya yang memerah itu.

"Jangan banyak bicara,tidurlah"kalimat terakhir yang diucapkan Sehun sebelum mencium surai coklat gelap Hyejin dan keduanya tertidur pulas.

***

“Sehun-ah bisakah kau juga membelikanku beberapa daging sapi filet disupermarket?”ucap Hyejin ditelepon.

“Kau ini aku ini Oh Sehun kenapa kau menyuruhku membeli keperluan dapur?”omel Sehun membuat Hyejin menjauhkan ponsel dari telinganya.

“Kau kan sekarang sedang diluar jadi aku minta tolong,bisakan?”

“Baiklah Oh Hyejinku sayang”

Sebuah lengkungan manis terbentuk dibibir Hyejin setelah mendengar Sehun memanggilnya sayang. Gadis itu mulai menerima kebahagiaan yang hadir karena pria bernama Sehun,dia tak lagi menolak ketika perasaan bahagia selalu menghampirinya setiap Sehun melakukan hal-hal kecil yang membuatnya seolah terbang.

“Aku pulang”

Hyejin berlari keruang tamu tanpa melepas celemek dapurnya.
“Kau mendapatkannya?”
“Tidak”jawab Sehun singkat sambil meninggalkan Hyejin dengan 2 buah kantong plastik berukuran besar.
“Ya! Kau ini bagaimana kalau begitu tidak ada makan malam untukmu!”omel Hyejin sambil mengikuti langkah Sehun kedapur. Pria itu mengeluarkan satu persatu barang belanjaannya dari kantong plastik.

“Bahkan ibuku tidak pernah menyuruhku berbelanja,istriku ini berani sekali ya menyuruh suaminya membeli bahan-bahan masakan seperti ini”
Hyejin tersenyum tanpa dosa memandangi Sehun yang merapikan barang belanjaannya.

“Kau suka keju?”tanya Sehun sambil menunjukkan dua kotak keju. Sontak Hyejin berlari dan bersembunyi dibawah meja makan “Oh Hyejin?”Sehun menatap aneh tingkah konyol Hyejin.

"Aku tidak suka keju jadi kumohon jangan membawa keju kedalam dapur"

Sehun terkikik geli mendengar celotehan Hyejin lalu dia melongok kebawah meja memandangi wajah merah Hyejin.

“Miss Korea kenapa membenci keju hah?”

“Diam kau!”

Hyejin pov's

Undangan makan malam bersama keluarga Oh. Apa yang mereka inginkan? Aku medengus kesal saat menerima undangan itu dari seketaris Jang pagi ini. Kuraib ponsel dinakas dekat tempat tidur. Lebih baik aku meminta Daehee menemaniku kesalon.

"Daehee-ya bisakah kau menemaniku kesalon hari ini?"

"Kesalon? Untuk apa?"

"Keluarga Sehun mengundangku makan malam"

Cukup lama aku menunggu jawaban dari Daehee entah apa yang dilakukannya hingga lama sekali menjawabnya.

"Maaf Hyejin tapi sepertinya aku tidak bisa"

Kenapa Daehee berubah? Biasanya sesibuk apapun dia,sahabatnya itu pasti akan menyetujui permintaannya.

 "Apa aku meminta Sehun mengantarku?"

"Ahh tidak-tidak 3 minggu lagi dia akan ada sidang kelulusan aku tak ingin mengganggunya"



To be continue...