Can You Hear Me?-Chapter 5-




Author : Shafa Jung

Length : Chapter

 Genre : Marriage Life,Sad,Romance,

Rating : PG-15

Main Cast : Oh Sehun-Park Hyejin(oc)

Additional cast : Kim Jongin,Kim Jiyeon (oc),Hwang Daehee (oc),Oh Nara (oc),Tiffany (oc)

Maafkanla jika typo bertebaran ^^


Author pov’s

Hyejin melangkah pergi,sesekali ia menoleh pada pria yang masih berdiri ditempatnya lalu memberika senyuman padanya. Pria yang menyadari bahwa dia tidak akan bisa bertemu lagi setelah ini. Dia bahkan harus kembali ke Korea besok dan menyibukkan diri dengan 5000 karyawannya diKorea lalu mengamati 15000 yang lainnya di China dan Thailand.

Sehun menghela nafasnya pelan setelah Hyejin benar-benar menghilang dari pandangannya. Ia harus segera kembali kedalam mobil dan menemui rekan kerjanya yang mungkin sudah menunggu diruang rapat.
Sehun menyandarkan punggungnya pada kursi mobil mewah itu seraya memegangi dasinya.
“Apa dia mengatakan sesuatu tuan?’sekertaris Jang sedikit ragu tentang pertanyaannya.
Sehun menatap sekertaris Jang cukup lama membuat pria paruh baya itu menunduk menyesali pertanyaannya. Seulas senyuman terukir dibibir mungil Sehun.

“Dia hanya mengatakan bahwa dia merindukanku lalu membenahi dasiku dan pergi,sepertinya gadis itu terburu-buru. Terimakasih”Sehun melontarkan ucapan terimakasihnya pada sekertaris Jang lalu kembali tersenyum diiringi senyuman sekertaris Jang.

Meskipun jauh didalam hatinya masih banyak menyimpan pertanyaan yang sangat ingin dia tanyakan pada Hyejin. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia benar-benar menikah dengan Jongin? Apakah Jongin memperlakukannya dengan baik?

Sehun hanya terdiam memandangi padatnya jalan raya New York dijam-jam seperti ini sambil sesekali memegangi dasinya lagi. Semua terasa seperti mimpi,berlalu begitu saja dan Sehun harus kembali dalam penderitaannya.

***

Hyejin berlari-lari kecil keluar bandara dengan menyeret sebuah koper berukuran sedang. Gadis itu menyebar pandangan kesekitarnya. 15 menit ia berdiri menunggu namun tak ada tanda-tanda kehadiran seseorang yang ia harapkan,hingga kedua kakinya terasa pegal.

“Hhhhhh”Hyejin menghembuskan nafasnya gusar lalu memutuskan untuk duduk disebuah kursi kosong.
Sehun,berapa lama Hyejin menunggu,dia tidak akan datang karena pria itu sudah kembali ke Seoul pagi tadi.
“Hyejin-ah”panggil Anna dari belakang.

“Kenapa sudah disini?”lanjut Anna.

“Aku disini sejak 1 jam yang lalu”ucap Hyejin singkat. Anna kemudian menangkupkan jaket tebal ditubuh Hyejin “Apa kau menunggu Sehun?”Hyejin tersenyum memandangi Anna yang sukses menebaknya.

“Dia sudah berangkat sejak pagi”

Hyejin menghembuskan nafasnya pelan merasakan betapa harapannya hancur begitu saja. Mungkin pertemuannya 3 hari yang lalu adalah yang terakhir bagi mereka sebelum semuanya menjadi lebih sulit.

“Bagaimana eonnie tau?”

“Dia menitipkanku ini untukmu,kumohon jangan menangis saat disini setelah kau tau isinya” Anna menyerahkan sebuah kotak kecil warna marron.

Hyejin sedikit takut untuk membukanya jantungnya kembali berdebar lebih kencang dia takut dia akan menangis ketika melihat benda didalamnya. Hingga kotak itu terbuka sepenuhnya dan sebuah cincin bertengger menyedihkan disana menanti pemiliknya untuk mengakui keberadaannya,cincin pernikahan yang sempat Hyejin tinggalkan didalam kamar Sehun.

“Dia juga masih memakainya,itu berarti kalian belum bercerai”jelas Anna pada Hyejin yang masih menatap nanar benda mungil berwarna emas itu. Kini hati Hyein telah benar-benar hancur seperti tertimpa beban yang sangat berat,seolah dia tak mampu lagi bertahan dipernikahan yang rumit ini.
Seoul…

Wanita berambut putih itu duduk manis diruang tamunya sambil memikirkan masa depan cucu-cucu kesayangannya meskipun kedua cucunya selalu tidak menyukai rencananya.

“Aku pulang”ucap Sehun sesudah membuka pintu. Pria itu membungkuk hormat pada neneknya.

“Duduklah”halmeoni ‘kesayangan’ Sehun itu meletakkan kipas tangannya setelah menyuruh Sehun duduk disampingnya.

“Aku sudah mendengar kabar bahwa kau berhasil menyelesaikan proyek di New York”Sehun mengangguk pelan.

“Tapi aku melihat hal janggal pada jadwalmu besok”lanjutnya.

“Kau mau kembali ke New York?”tanya neneknya dan Sehun mengangguk.

“Hyejin ada disana dan aku harus menemuinya”ucap Sehun dengan yakin.

“Jangan pernah menyebut nama gadis itu didepanku! Dan jangan menemuinya lagi atau semua saham milik ayahmu tidak lagi berarti untuk WongJoon Grup dan meskipun kau ada pekerjaan disana jangan pernah mencuri waktu untuk menemuinya!”

Sehun terperangah mendengarnya,tidak masuk akal jika hanya karena Hyejin neneknya seperti ini.
“Kau tau? Kau nyaris mati dengan cara yang tragis dan mencoreng nama besar WongJoon aku memintamu untuk meneruskan ayahmu bukan hanya kewajiban namun untuk memperbaik namamu sendiri dan nama perusahaan yang sempat jatuh karena penculikan seminggu lalu. Itu semua karena gadis jalang tak tau diri itu!”

Sehun merasakan sesuatu yang menimpa dadanya hingga terasa begitu sesak sekarang. Ia memejamkan mata sebentar untuk mencari sebuah ketenangan namun nihil hatinya semakin kacau kali ini. Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosinya agar tak meluap dan melakukan hal yang tidak diinginkan pada neneknya.

“Baiklah aku tidak akan ke New York”Sehun melangkah gontai tak bertenaga menuju taman belakang karena dia yakin sosok wanita yang akan memberinya ketenangan selalu disana setiap sore.
Sebuah gazebo yang sederhana dengan bahan dasar kayu dengan sebuah kursi santai diatasnya lengkap dengan meja kecil untuk menempatkan teh hangat. Wanita paruh baya itu disana dengan rajutan wolnya. “Kau sudah pulang”ucapnya sambil melirik kearah Sehun sebentar lalu kembali fokus pada sweater coklatnya. Sehun berjalan menghampiri ibunya,ia bersimpuh lemah dihadapan ibunya lalu meletakkan kepalanya dipangkuan sang ibu. Oh eommonie meletakkan rajutannya dan jemarinya beralih mengelus surai hitam legam putranya.
“Ada apa?”

“Apakah aku tidak pernah bisa bersatu dengan Hyejin bu?”tanya Sehun lirih.

“Siapa bilang? Nenek?”

Sehun mengangguk pelan.

“Jika cinta kalian benar-benar tulus maka sebuah keajaiban tuhan akan membawa kalian bersatu sayang,percayalah” Sehun masih terdiam ditempatnya sambil memeluk kedua kaki ibunya.

“Kenapa putra ibu ini lemah sekali? Bagaimana jika tampannya hilang? Bisa bisa Hyejin tidak jatuh cinta lagi,cepatlah mandi dan makan malam”Sehun beranjak dari tempat yang menurutnya paling nyaman itu. Tempat yang bahkan bisa membuat hatinya sangat tenang.

Sehun melangkah pelan meninggalkan gazebo itu,Oh eommonie menatap iba punggung lebar putranya seakan tahu benar seberapa berat beban yang tengah dipikulnya kini.

***

“Tuan Oh Sehun”panggil seorang wanita dengan gaya begitu berkelas yang baru saja memasuki ruang kerja.

“Ne”Sehun melirik wanita itu sekilas lalu kembali pada pekerjaannya sama sekali tak menaruh minat wanita yang kini berdiri didepannya itu.

“Ini sudah saatnya makan siang,mari makan siang bersamaku”

Sehun mendongak menatap wajah wanita itu,dengan artian ‘beraninya dia’

“Halmeoni memintaku mengajakmu makan siang,dia bilang kau jarang makan siang”

Sehun terdiam sebentar dan akhirnya menyetujui tawaran wanita itu.
Mereka makan siang disebuah restoran yang tak jauh dari kantor. Gadis bersurai pirang itu tersenyum cerah sambil memandangi deretan toko yang berada diseberang jalan. Make up minimalisnya terkesan begitu pas dengan wajah percampuran Korea-Amerika nya.

“Apa aku harus memanggilmu tuan,oppa atau-“kata kata wanita itu terpotong oleh Sehun.

“Sehun saja” sahut Sehun meninggalkan senyum kecut dibibir wanita itu.

Sehun hanya diam dan menyantap menu makan siangnya,hingga ia menemukan potongan keju pada menu penutup.

“Aku tidak suka keju jadi kumohon jangan membawa keju kedalam dapur”ucap Hyejin beberapa bulan yang lalu sambil bersembunyi dibawah meja makan ketika Sehun membeli keju dari supermarket. Gadis itu membeci keju tanpa alasan yang jelas.

Sehun tersenyum simpul lalu segera menyingkirkan parutan keju dari puddingnya.
“Kau tidak suka keju Sehun?”tanya wanita itu. Sehun menggeleng “ada seseorang yang membenci keju aku takut dia tau bahwa aku diam-diam makan keju saat dia pergi”

“Siapa?” Manik hitam Sehun memandang tajam wanita dihadapanna itu membuat wanita bersurai pirang itu menunduk takut.

“M-mianhae”ucapnya takut.

“Tak apa,oh ya siapa namamu?”

“Tiffany”jawabnya ramah.

“Aku putri kedua dari pemilik Hyundai departemen store”lanjutnya riang.

Tiffany melanjutkan makannya tanpa menyadari sejak tadi Sehun memperhatikannya lekat-lekat. Lalu Sehun mengalihkan pandangannya pada barisan toko yang berjajar rapi diluar sana. Gadis itu, gadis yang sangat dirindukan Sehun dia berdiri didepan sebuah salon sambil tersenyum cerah memandang Sehun.

“Sehun ayo kembali kekantormu”ajaknya menghamburkan lamunan Sehun juga menghamburkan gadis disana bersama udara dan hilang. Pria itu berjalan santai mendahului Tiffany yang kuwalahan mengikuti langkah lebar Sehun.

Sesampainya didekat mobil sport hitam miliknya Sehun menghentikan langkahnya”Kau mau ikut kekantorku?”tanya Sehun.

“Mobilku ada dikantormu jadi aku harus kesana dulu”

Sehun membukakan pintu mobil untuk Tiffany dan wanita itu masuk.

“Dia bukan Hyejin yang bisa membuka pintu mobil sendiri”gumam Sehun.

***

Sehun merebahkan tubuhnya diranjang big size super mewah dikamarnya. Malam ini dia harus menemani Tiffany pergi jalan-jalan. Sebenarnya jauh dari dalam hatinya selalu menolak ketika ia hendak bertemu dengan Tiffany namun tidak ada pilihan lain dia harus menuruti kata-kata neneknya. Meskipun setiap mereka bersama hati Sehun serasa bergejolak meminta untuk meninggalkan gadis itu sesegera mungkin tapi lagi-lagi hatinya sedang berada dalam sebuah kurungan yang hanya bisa terdiam didalam sana tanpa seorangpun tau
bahwa ia menderita.

Sehun meraih ponsel diatas nakas samping tempat tidurnya setelah mendengar dentingan nada pertanda
pesan masuk.

Tiffany : Sehun kau sudah siap?
Sehun menjatuhkan ponselnya lalu menghembuskan nafasnya gusar.

“Kita mau kemana?”tanya Sehun datar sambil fokus pada kemudinya.

 “Aku ingin membeli baju dibutik Nara eonnie,boleh?”Tiffany menatap Sehun penuh harap.

“Baiklah”

Tak butuh waktu lama untuk kebutik itu hanya dalam hitungan menit mereka sudah sampai.
“Sehun-ah”seorang wanita dengan suara yang sangat familiar ditelinga Sehun menyambutnya hangat. Nara melangkah mendekati Sehun dan Tiffany yang baru saja memasuki butik.

“Kau Tiffany kan?”tebak Nara.

“Ne eonnie”

“Pilihlah yang mana yang kau suka”ucap Sehun lalu melenggang kearah barisan dress yang digantung rapi lengkap dengan banderol yang berisi deretan angka yang mungkin cukup untuk menyewa sebuah hotel bintang 7 satu malam.

“Kau mau membelikannya?”tanya Nara pelan.

“Ya mungkin saja”Sehun masih sibuk memilah beberapa dress.

“Noona yang ini bagus?”tanya Sehun sambil menunjukkan dress warna peach dengan sedikit aksen pita dibagian pinggang.

“Tiffany itu pendek dia tidak pantas dengan model seperti ini”gerutu Nara,adiknya itu sama sekali tidak tau tentang fashion untuk saja postur tubuhnya selalu cocok dengan pakaian apapun jadi dia tidak perlu bersusah payah menata fashion Sehun yang kacau.

“Bukan untuk Tiffany”

Nara menoleh memandangi adiknya yang masih mengamati setiap detail dress ditangannya.

“Hyejin”

Tatapan penasaran yang terpancar dimata Nara kini berubah menjadi sorot mata yang sedih setelah mendengar nama Hyejin.

“Biar aku saja yang mengirimnya”Nara meraih dress itu dari tangan Sehun.

***

Manhattan.

Hyejin menyesap secangkir cappuccino hangatnya yang masih menguarkan aroma memabukkan sambil menikmati pemandangan sore Manhattan yang sangat padat dari lantai 17 apartemennya. Gedung-gedung menjulang tinggi ditengah padatnya Manhattan dengan latar belakang langit senja lengkap dengan semburat jingganya. Hyejin mengalihkan pandangannya pada ponselnya kosong,tak ada pesan apapun.

“Apa yang harus kulakukan jika merindukanmu? Bahkan aku tidak mempunyai apapun tentangmu yang sempat kubawa ke New York. Foto pernikahan? Foto kita?”gumam Hyejin seraya mengangkat tangannya memandangi jari manisnya yang kosong,dia menyimpan cincinnya karena setiap melihat benda itu Hyejin pasti akan menangis.

“Ting Tong”hingga sebuah bel apartemen membuyarkan lamunannya. Sebuah paket dari Seoul,Hyejin mengamati kotak berukuran sedang itu. Jemari lentiknya meraih ponsel dan menelepon seseorang,Anna.

“Anna bisa kau keapartemenku sekarang?”

“Ada apa lagi?”

“Aku menerima sebuah paket,aku takut membukanya”

Tak ada jawaban dari Anna yang 10 menit kemudian dia muncul dari balik pintu apartemennya.
“Darimana?”tanya Anna yang segera merebut kota itu dari tangan Hyejin.

“Diamond Rainbow?”Anna menyeritkan alisnya ketika membaca note kecil yang baru saja dia buka.

“Ah,itu butik Nara unnie”Hyejin kini yakin untuk membukanya. Sebuah dress warna peach dengan note “Sehun” diatasnya.

“Dari Sehun rupanya”kini suara Hyejin terdengar berat dan seperti menahan air mata.

2 tahun kemudian...

Hyejin menapakkan kakinya perlahan diarea Battery Park City tempat favoritnya selama menetap di Manhattan ,New York. Ketika senja datang Hyejin selalu menyempatkan diri untuk berkunjung kemari. Menatap indahnya apartemen impiannya The San Remo,gedung itu benar-benar mempesona kala senja datang. Bangunan neo klasik yang berpadu dengan gotik berhiaskan langit senja Manhattan yang siapapun melihat pemandangan ini pasti akan jatuh cinta dengan pesonanya (kalimat ini dikutip dari ff Ambition kepunyaan Sehun Bee). Gadis itu selalu duduk ditempat yang sama,tempat yang menurutnya cukup nyaman untuk memandangi gedung itu berlama-lama.

Hyejin menghela nafasnya,”kau datang lagi?”tanyanya pada pria bertubuh jangkung yang baru saja duduk disampingnya.

“Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini? Kau membuatku terlihat seperti orang gila” pria itu tersenyum lalu bayangan dirinya perlahan memudar dan hilang terbawa angin. Meninggalkan Hyejin yang masih termangu bersama air matanya,iniah bagian yang paling Hyein suka pria itu selalu datang menemaninya meski hanya sebatas hayalnya. Sehun tidak pernah datang lagi sejak pertemuannya dibandara tapi setidaknya sosok hayalannya itu sedikit mengurangi rindunya pada Sehun.

Hyejin sangat mengerti bahwa pria itu sangatlah sibuk,dan yang dia takutkan jika suatu saat nanti Sehun menemukan wanita yang lebih baik darinya dan membuatnya melupakan Hyejin yang bahkan masih sangat menunggunya disini. Meskipun Hyejin berusaha memastikan bahwa Sehun akan menunggunya,tapi keraguan selalu menghampirinya.

Tak lama kemudian ponselnya berdering. ‘Manajer Anna’

“Kau dimana hah? Kau tidak tau ini jam berapa? Kau ada jadwal pemotretan! Jika kau terus memandangi The San Remomu itu lalu mengabaikan pekerjaanmu kapan kau akan benar-benar bisa membelinya hah? ” Hyejij tersenyum mendengar ocehan menejernya itu,setidaknya ada satu orang yang sangat peduli padanya disini.

***

Pria berjas hitam itu memasuki ruang rapat dan atmosfer tegang begitu terasa disana. Anggota rapat sebenarnya hanyalah sanak saudara Sehun sendiri mengingat WongJoon Group adalah aset besar milik kakeknya. Namun mereka berubah seperti monster ketika rapat pergantian direktur utama. Tatapan tajam seketika ia dapatkan dari para petinggi WongJoon Group. Akankah keturunan ke 3 dari Oh Myun Jo ini akan bisa mempertahankan kedudukan keluarganya yang telah bertahun-tahun bertahan sebagai direktur utama? Yah,setidaknya hanya itu yang mampu Sehun terawang dari fikiran-fikiran mereka. Karena keluarga ayah Sehunlah yang menanamkan saham paling besar setelah kakeknya.

Rapat berlangsung secara tenang dan kondusif,Sehun juga berhasil mempresetasikan gagasannya untuk masa depan WongJoon Group. Pria itu melirik jam ditangannya 16:00. Akhir-akhir ini dia menjadi sangat sibuk,ia semakin jaranang mengunjungi orang tua Hyejin. “Apa kabar?”gumam Sehun lirik seraya memandang iba surat percerainnya diantara berkas-berkas penting lainnya.

Fikirannya kembali mengingat memori menyakitkan 2 tahun lalu dimana Hyejin rela memutus tali pernikahan demi keselamatan Sehun. Meskipun mereka belum benar-benar berakhir karena sampai sekarang surat itu belum diserahakan pada pihak pengadilan.

“Dan dari hasil rapat hari ini kembali saya tegaskan bahwa WongJoon Group akan dipimin oleh Oh Sehun”
Sehun tersenyum lega,diiringi senyuman bangga sang ayah yang duduk disampingnya.

***

Sehun mengaduk-aduk makanannya tanpa sedikitpun menaruh minat untuk memakannya.

“Sehun”panggil halmeoni.

“Iya nek?”

“Sepertinya hubunganmu dengan Tiffany semakin dekat,kau tidak berfikir untuk bertunangan?”

Sehun meletakkan sendok dan garpunya cukup keras hingga menimbulkan bunyi yang memecah keheningan sarapan pagi hari ini.

“Cukup nek,aku ini bukan robotmu jangan mengatur kehidupanku. Aku punya hidup sendiri aku sudah besar”Sehun kemudian pergi meninggalkan ruang makan tanpa memperdulikan sang ayah yang menatapnya geram. Sehun mematung didekat jendela kamarnya sambil sesekali memijat pelipisnya yang terasa begitu pening.

Tiba-tiba ponselnya berdering,’Tiffany’ Sehun membuang nafasnya gusar.
.
“Sehun-ah bisakah kau menemaniku ke Brooklyn 2 hari lagi?”

Sehun teridam ‘Brooklyn? New York? Manhattan? Bukankah jarak Brooklyn dan Manhatan hanyalah dua buah jembatan yang terbentang diatas sungai east?’

“Sehun kau masih disana?”

“Ah ya,aku kan mengsongkan jadwal untuk dua hari lagi”

“Kau tidak bertanya untuk apa aku kesana?”tanya Tiffany yang bingung kenapa Sehun langsung menyetujui permintaannya.

“Untuk apa memang?”Sehun berusaha mengontrol nada suaranya agar tidak terdengar terlalu gembira saat ini.

“Menghadiri pernikahan temanku”

“Oh baiklah”

brooklyn-bridge-new-york-city-amerika-serikat
***

Sehun mengikuti langkah Tiffany yang begitu riang didekat bangunan super megah jembatan Brooklyn yang tidak terlalu padat mengingat jam-jam seperti ini adalah waktu dimana kantor-kantor tengah dalam kesibukkannya masing-masing. Angin bertiup lembut menerpa tubuh mungil Tiffany yang membuat surai pirangnya berlarian riang. Jembatan Brooklyn adalah salah satu
jembatan suspensi tertua di Amerika Serikat. Selesai dibangun tahun 1883, jembatan ini menghubungkan borough

Manhattan dan Brooklyn di New York City melintasi Sungai East . Dengan rentangan utama sepanjang 486.3 m, jembatan ini adalah jembatan suspensi terpanjang di dunia sejak pembukaannya hingga 1903, serta jembatan suspensi kabel baja pertama.

Awalnya diberi nama Jembatan New York dan Brooklyn, jembatan ini diberi sebutan Jembatan Brooklyn dalam surat untuk editor Brooklyn Daily Eagle tanggal 25 Januari 1867, dan dinamai begitu oleh pemerintah kota pada 1915. Sejak pembukaannya, jembatan ini telah menjadi bagian utama dari kaki langit New York. Jembatan Brooklyn ditetapkan sebagai National Historic Landmark pada tahun 1964 dan National Historic Civil Engineering Landmark pada tahun 1972.
Mengapa Sehun memilih tempat ini? Karena ia akan leluasa menatap gadisnya yang bearada diseberang sungai East,Manhattan.

Tiffany masih menyibukkan dirinya dengan kameranya untuk memotret setiap objek bidikan yang menurutnya menarik. Sehun memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana biru tuanya sambil terus menatap Manhattan yang diepnuhi dengan gedung-gedung tinggi dihadapannya,sedang sangat menunggu sosok yang sangat dirindukannya. Ponsel didalam saku Sehun berdering dan pria itu hanya diam karena ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tak butuh waktu lama setelah dering ponsel itu bungkam sebuah taksi menepi ditepi sungai East dan turunlah seorang gadis bersurai coklat yang terurai dengan dress pemberian Sehun beberapa waktu lalu. Hyejin,gadis itu menatap layar ponselnya sejenak kemudian menempelkan benda pipih itu ditelinganya,sesekali gadis itu mengamati mobil mobil yang melintas dihadapannya. Hingga sebuah pesan masuk,

Sekertaris Jang
‘Dia ada diBrooklyn nyonya’Hyejin mengerutkan keningnya seusai membaca pesan dari sekertaris Jang.

‘Siapa?’ Pertanyaan yang pertama kali mucul dibenakknya.

Hyejin berbalik menatap kota seberang,Brooklyn. Manik indahnya tepat menangkap sosok bekemeja putih yang tengah menatapnya penuh kegudahan. Jauh,terlampau jauh jarak mereka saat ini. Surai coklat Hyejin menari diwajah cantiknya,seseorang yang selalu hadir dimimpinya itu kini tepat berada didepannya,lebih jelasnya jauh didepannya. Jangankan memeluk,bahkan sekedar menyapa tak akan terdengar. Mungkin hanya gemuruh angin yang akan menyampaikan semua kegundahan keduanya.

Sehun terus menatap gadis itu tanpa melewatkan setiap detiknya untuk berpaling. Betapa rindunya dia seakan akan dia ingin melewati sungai east dengan kakinya dan sampai diseberang lalu memeluk gadis yang mungkin kedinginan dengan pakaian seperti itu atau berlari lewat jembatn Brooklyn namun itu berarti menghancurkan karir ayahnya yang telah dirintis puluhan tahun.Hancur,pria itu benar-benar hancur diatas takdir pedih yang harus dilaluinya. Gadis itu gadis yang kini tengah tersedu disana bahkan masih sah sebagai istrinya namun Sehun hanya bisa menatapnya iba dengan jarak sejauh ini sangat mustahil baginya untuk berada disamping Hyejin. Angin sian ini terasa makin gemuruh,seolah marah dengan situasi menyedihkan ini. (Sehun ada di Brooklyn dan Hyejin di Manhattan yah dan Brookly sama Manhatan itu kepisah sama sungai East,ini kalo ada yang masih bingung dengan tempatnya lihat gambar aja)

Hyejin menitihkan air matanya menjatuhkan perasaan itu disana,membuang semua perasaan yang selama ini mengusiknya,rindu. Bukankah Sehun adalah pria yang kejam? Dia menemuinya dengan cara seperti ini,cara yang sangat kejam. Luka yang masih menganga didalam hatinya kini kembali terasa amat pedih. Gadis itu kini pagar pembatas agar tubuhnya tidak limbung karena angin siang ini yang terus saja berhembus terasa lebih kuat bagi tubuh lemah Hyejin.

“Oh Sehun”untuk pertama kalinya Hyejin membuka mulutnya yang tak sedikitpun terdengar ditelinga Sehun.
Mata sembab Hyejin terus menatap manik tajam Sehun yang mencoba menyampaikan sesuatu padanya.

“Lelaki tadi menyuruhku untuk mengantar anda pulang nona”ucap seorang supir taksi yang mengantar Hyejin kemari tadi. Dengan amat berat Hyejin masuk kedalam taksi tanpa menoleh sekali lagi pada pria yang masih menatapnya itu.

“Sehun-ah”
Sehun menoleh pada gadis yang baru saja berdiri disampingnya itu. Gadis yang jauh berbeda dengan gadisnya.

To be continued..

0 komentar:

Posting Komentar